Sabtu 16 Rabiulawal 1435 / 18 Januari 2014 09:00
PADA tahun 1974, Dr Maurice Bucaille mengunjungi Mesir atas undangan
Presiden Anwar Sadat. Ia mendapat kesempatan meneliti Mumi Firaun yang
ada di museum Kairo di pertengahan tahun 1975, setelah sebuah tawaran
dari pemerintah Prancis datang kepada pemerintah Mesir dan disetujui.
Negara Eropa tersebut menawarkan bantuan untuk meneliti, memelajari, dan
menganalisis mumi Firaun.
Tawaran tersebut disambut baik oleh Mesir. Setelah mendapat restu
dari pemerintah Mesir, mumi Firaun tersebut kemudian digotong ke
Prancis. Bahkan, pihak Prancis membuat pesta penyambutan kedatangan mumi
Firaun dengan pesta yang sangat meriah.
Dalam penelitiannya itu, Bucaille memperoleh sesuatu yang sangat
mengejutkan: Sisa-sisa garam yang melekat pada tubuh sang mumi. Bucaille
jadi berpikir, bahwa ini adalah bukti bahwa sang mumi memang mati
karena tenggelam. Jasadnya segera dikeluarkan dari laut dan kemudian
dibalsem untuk segera dijadikan mumi agar awet.
Penelitian selesai. Namun tidak dengan pikiran sang profesor yang
terus memikirkan jasad tersebut. Bagaimana jasad tersebut bisa lebih
baik dari jasad-jasad yang lain, padahal dia dikeluarkan dari laut?
Terkait dengan laporan akhir yang disusunnya, salah seorang di antara
rekannya membisikkan sesuatu di telinganya seraya berkata: “Jangan
tergesa-gesa karena sesungguhnya kaum Muslimin telah berbicara tentang
tenggelamnya mumi ini.”
Bucaille tertegun. Sejak awal, ia sudah mengetahui hal itu tapi mengingkari dengan keras sekaligus menganggapnya mustahil. Sebelumnya ia beranggapan bahwasanya tidak mungkin mumi fir’aun yang ditelitinya itu telah diungkap sebelumnya, karena menurutnya hal-hal semacam ini hanya bisa diungkap lewat perkembangan ilmu modern, melalui peralatan canggih yang mutakhir dan akurat.
Sebab menurut sejarah mumi Fir’aun baru ditemukan sekitar tahun 1898
M, sementara Al-Quran telah ada ribuan tahun sebelumnya. Sementara itu,
dalam kitab suci agama lain, hanya membicarakan tenggelamnya Firaun di
tengah lautan saat mengejar Musa, dan tidak membicarakan tentang mayat
Firaun. Bucaille pun makin bingung dan terus memikirkan hal itu.
Setelah perbaikan terhadap mayat Firaun dan pemumiannya, Prancis
mengembalikan mumi tersebut ke Mesir. Akan tetapi, tidak ada keputusan
yang mengembirakannya, tidak ada pikiran yang membuatnya tenang semenjak
ia mendapatkan temuan dan kabar dari rekannya tersebut, yakni kabar
bahwa kaum Muslimin telah saling menceritakan tentang penyelamatan mayat
tersebut.
Bucaille pun memutuskan untuk menemui sejumlah ilmuwan otopsi dari kaum Muslimin.
Dari sini kemudian terjadilah perbincangan untuk pertama kalinya
dengan peneliti dan ilmuwan Muslim. Ia bertanya tentang kehidupan Musa,
perbuatan yang dilakukan Firaun, dan pengejarannya pada Musa hingga dia
tenggelam dan bagaimana jasad Firaun diselamatkan dari laut.
Sampailah Bucaille menemukan ayat: “Maka pada hari ini Kami
selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang
yang datang sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah
dari tanda-tanda kekuasaan Kami,” [QS Yunus:92].
Pada akhirnya Bucaille membenarkan bahwasanya ayat Al Qur’an dibawa
oleh Nabi Muhammad saw adalah benar ketika ilmuwan muslim membacakan
potongan ayat dari surat yunus tersebut. Ayat ini ternyata sangat
menyentuh hati Bucaille. Ia mengatakan bahwa ayat Alquran tersebut masuk
akal dan mendorong sains untuk maju.
Sebab dalam laporan akhirnya yang dipimpin oleh dirinya sendiri
beserta para ahli prancis lainnya, para ahli menemukan garam di dalam
badan Fir’aun yang menunjukkan bahwa Fir’aun memang pernah tenggelam.
Jenazah Fir’aun/Mumi bisa dilihat manusia hingga saat ini.
Tak hanya itu saja Maurice Bucaille dalam bukunya La Bible, le Coran et la Science
juga mengkritik Alkitab atau Bibel yang ia anggap tidak konsisten dan
penurunannya bisa diragukan. Sedangkan dalam Al Qur’an terdapat banyak
kecocokan dengan fakta sains. Di antara tulisannya ialah:”Dan kamu lihat
gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap di tempatnya, padahal ia
berjalan sebagai jalannya awan.” [QS 27:88]. Bucaille menjelaskan bahwa
ternyata gunung-gunung bersama dengan lempeng bumi bergerak. Jadi ayat
Al Qur’an di atas sesuai dengan ilmu pengetahuan. [ulik rahasia]
Sumber : http://www.islampos.com