MARS Ikatan Guru Raudhatul Athfal (IGRA)

Logo Ikatan Guru Raudhatul Athfal (IGRA)

Ikatan Guru Raudhatul Athfal
Membangun Dalam Cita Bangsa
Siapkan Jiwa Dengan Dasar Agama
Menuju Ridho Ilahi Robbi
Ikatan Guru Raudhatul Athfal
Maju Bersama Dengan Bangga
Hidupkan Negara Mendidik Membina
Menuju Ridho Ilahi Robbi

Marah Adalah Bara Api yang Dilemparkan Syaitan

Jangan Engkau Marah

Segala puji hanya bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, para sahabat dan seluruh kaum muslimin yang senantiasa berpegang teguh pada sunnah Beliau sampai hari Kiamat.

عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ،

أَنَّ رَجُلاً قَالَ لِلنَّبِي صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ :ِ أَوْصِنِيْ،

قَالَ : لاَ تَغْضَبْ، فَرَدَّدَ مِرَارًا؛ قَالَ : لاَ تَغْضَبْ

Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa ada seorang laki-laki berkata kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Berilah aku wasiat”. Beliau menjawab, “Engkau jangan marah!” Orang itu mengulangi permintaannya berulang-ulang, kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Engkau jangan marah!” (Hadits shohih. Diriwayatkan oleh al-Bukhari, no. 6116).

Turunnya hujan adalah kesempatan terbaik untuk memanjatkan doa


Ibnu Qudamah dalam Al Mughni mengatakan, ”Dianjurkan untuk berdo’a ketika turunnya hujan, sebagaimana diriwayatkan bahwa Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,

اُطْلُبُوا اسْتِجَابَةَ الدُّعَاءِ عِنْدَ ثَلَاثٍ : عِنْدَ الْتِقَاءِ الْجُيُوشِ ، وَإِقَامَةِ الصَّلَاةِ ، وَنُزُولِ الْغَيْثِ

“Carilah do’a yang mustajab pada tiga keadaan : [1] Bertemunya dua pasukan, [2] Menjelang shalat dilaksanakan, dan [3] Saat hujan turun.” [Dikeluarkan oleh Imam Syafi’i dalam Al Umm dan Al Baihaqi dalam Al Ma’rifah dari Makhul secara mursal. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih. Lihat Shohihul Jaami’ no. 1026.]

Adakah Diantara Kita Sedang Galau.....

Adakah di antara kita saat ini yang sedang bersedih karena seseorang?
Adakah di antara kita saat ini yang sedang kecewa karena seseorang?
Adakah di antara kita saat ini yang sedang membenci seseorang?
Adakah di antara kita saat ini yang sedang kesal kepada seseorang?
Adakah di antara kita saat ini yang sedang marah kepada seseorang?

Atau...

Adakah di antara kita saat ini yang sedang yang resah karena tengah menyukai seseorang?
Adakah di antara kita saat ini yang sedang jatuh cinta kepada seseorang dan ingin menjadikan dia sebagai pasangan hidup untuk selamanya?

Usahlah terlalu khawatir.
Usahlah terlalu resah.
Usahlah terlalu gelisah.

Sesungguhnya hati manusia itu siapa yang memiliki?
Jawabannya adalah Allah.

# Kawin Kontrak Menurut Hukum # Islam

Oleh : KH. M. Shiddiq Al Jawi

Pendahuluan

Nafsu seksual (syahwat) seorang pria kepada perempuan adalah hal yang fitrah, yaitu hal yang alamiah yang telah ditetapkan adanya oleh Allah kepada manusia (Lihat QS Ali ‘Imran [3] : 14). Hanya saja, manusia perlu memperhatikan dan berhati-hati bagaimana caranya dia menyalurkan nafsu seksual itu. Sebab manusia diberi pilihan berupa dua jalan oleh Allah SWT, yaitu jalan yang halal dan jalan yang haram (Lihat QS Al Balad [90] : 10; QS ِAsy Syam [91] : 8 ).

Jalan yang halal adalah melalui pernikahan yang sah antara seorang laki-laki dan seorang perempuan. Inilah satu-satunya jalan yang sah menurut syariah Islam dan diridhoi Allah bagi seorang laki-laki untuk menyalurkan nafsu seksualnya kepada seorang perempuan. Sebaliknya jalan yang haram adalah jalan yang menyimpang dari syariah Islam dan tidak diridhoi Allah. Jalan buruk ini banyak sekali macamnya, misalnya perzinaan, lesbianisme, dan homoseksual. Salah satu bentuk perzinaan yang cukup marak saat ini adalah apa yang disebut dengan istilah “kawin kontrak”, yaitu perkawinan yang berlangsung dalam jangka waktu tertentu, misalnya sehari, dua hari, seminggu, dan sebagainya dengan imbalan sejumlah uang bagi pihak perempuan.

Atha Abu Ar-Rasythah, Amir Hizbut Tahrir Saat Ini

MARI SEBARKAN
===========


Pada tanggal 11 Shafar 1424 H atau 13 April 2003 M, ketua Diwan Mazhalim Hizbut Tahrir mengumumkan pemilihan آlim al-Ushûl (Ahli Ushul Fikih) ‘Atha Abu ar-Rasytah-Abu Yasin sebagai amir Hizbut Tahrir. Melalui kepemimpinannya, beliau adalah seorang yang sangat diharapkan dapat membawa Hizbut Tahrir untuk meraih pertolongan Allah Swt. Hal itu karena beliau memiliki perhatian yang luar biasa terhadap dakwah. Beliau juga melakukan manajemen baik atas aktivitas dakwah dan pemanfaatan potensi para syabab dengan seoptimal mungkin.

Riwayat Hidup
Beliau adalah ‘Atha bin Khalil bin Ahmad bin Abdul Qadir al-Khathib Abu ar-Rasytah. Menurut informasi yang paling kuat, beliau dilahirkan pada tahun 1362 H atau 1943 M. Beliau berasal dari keluarga dengan tingkat keberagamaan seperti masyarakat umum. Beliau dilahirkan di kampung kecil Ra’na, termasuk wilayah Provinsi al-Khalil di negeri Palestina. Ketika masih kecil, beliau menyaksikan dan merasakan bencana atas Palestina dan pencaplokan Yahudi atas Palestina pada tahun 1948 M, dengan dukungan Inggris dan pengkhinatan para penguasa Arab. Kemudian beliau dan keluarganya berpindah ke kamp para pengungsi di dekat al-Khalil.

#Kebenaran bukan datang dari Mayoritas#

#Kebenaran bukan datang dari Mayoritas#

“Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah” (QS. Al An’am: 116)

Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
“Diperlihatkan kepadaku umat manusia seluruhnya. Maka akupun melihat ada Nabi yang memiliki pengikut sekelompok kecil manusia. Dan ada Nabi yang memiliki pengikut dua orang. Ada Nabi yang tidak memiliki pengikut” (HR. Bukhari 5705, 5752, Muslim, 220)

Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
“Islam pada awalnya asing dan akan kembali asing kelak sebagaimana awalnya. Maka pohon tuba di surga bagi orang-orang yang asing” (HR. Muslim no.145)

Imam An Nawawi rahimahullah (wafat 676 H) berkata:
“Seorang manusia hendaknya tidak terpedaya dengan banyaknya orang yang melakukan hal-hal terlarang, yaitu orang-orang yang tidak menjaga adab-adab ini” (Dinukil dari Al Adabusy Syar’iyyah 1/163)

Sahabat Nabi, Abdullah bin Mas’ud Radhiallahu’anhu, menafsirkan istilah Al Jama’ah:
“Al Jama’ah adalah siapa saja yang sesuai dengan kebenaran walaupun engkau sendiri”

Dalam riwayat lain:
“Ketahuilah, sesungguhnya kebanyakan manusia telah keluar dari Al Jama’ah. Dan Al Jama’ah itu adalah yang sesuai dengan ketaatan kepada Allah Ta’ala” (Dinukil dari Ighatsatul Lahfan Min Mashayid Asy Syaithan, 1/70)

Muhammad bin Aslam Ath Thuusiy (wafat 242H) berkata:
“Berpeganglah pada as sawaadul a’zham. Orang-orang bertanya, siapa as sawaadul a’zham itu? Beliau (Muhammad bin Aslam) menjawab, ia adalah seorang atau dua orang yang berilmu, yang berpegang teguh pada sunnah Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam dan mengikuti jalannya. Bukanlah as sawaadul a’zham itu mayoritas kaum muslimin secara mutlak. Barangsiapa berpegang pada seorang atau dua orang tadi dan mengikutinya, maka ia adalah Al Jama’ah. Dan barangsiapa yang menyelisihi mereka, ia telah menyelisihi ahlul jama’ah” (Thabaqat Al Kubra Lisy Sya’rani, 1/54)


Walau Engkau Seorang Diri dalam Kebenaran

Ibnu Mas’ud berkata,

الجماعة ما وافق الحق وإن كنت وحدك

“Yang disebut jama’ah adalah jika mengikuti kebenaran, walau ia seorang diri.” (Dikeluarkan oleh Al Lalikai dalam Syarh I’tiqod Ahlis Sunnah wal Jama’ah 160 dan Ibnu ‘Asakir dalam Tarikh Dimasyq 2/ 322/ 13).

Sebagian salaf mengatakan,

عليك بطريق الحق ولا تستوحش لقلة السالكين وإياك وطريق الباطل ولا تغتر بكثرة الهالكين

“Hendaklah engkau menempuh jalan kebenaran. Jangan engkau berkecil hati dengan sedikitnya orang yang mengikuti jalan kebenaran tersebut. Hati-hatilah dengan jalan kebatilan. Jangan engkau tertipu dengan banyaknya orang yang mengikuti yang kan binasa” (Madarijus Salikin, 1: 22).

Orang yang berpegang teguh pada ajaran Islam yang murni, itulah yang selalu teranggap asing. Sebagaimana disebutkan dalam hadits,

عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنَ سَنَّةَ أَنَّهُ سَمِعَ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ « بَدَأَ الإِسْلاَمُ غَرِيباً ثُمَّ يَعُودُ غَرِيباً كَمَا بَدَأَ فَطُوبَى لِلْغُرَبَاءِ ». قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَنِ الْغُرَبَاءُ قَالَ « الَّذِينَ يُصْلِحُونَ إِذَا فَسَدَ النَّاسُ

Dari ‘Abdurrahman bin Sannah. Ia berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabad, “Islam itu akan datang dalam keadaan asing dan kembali dalam keadaan asing seperti awalnya. Beruntunglah orang-orang yang asing.” Lalu ada yang bertanya pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengenai ghuroba’, “Mereka memperbaiki manusia ketika rusak.” (HR. Ahmad 4: 74. Berdasarkan jalur ini, hadits ini dho’if. Namun ada hadits semisal itu riwayat Ahmad 1: 184 dari Sa’ad bin Abi Waqqosh dengan sanad jayyid)

Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al ‘Ash, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

« طُوبَى لِلْغُرَبَاءِ ». فَقِيلَ مَنِ الْغُرَبَاءُ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ « أُنَاسٌ صَالِحُونَ فِى أُنَاسِ سَوْءٍ كَثِيرٍ مَنْ يَعْصِيهِمْ أَكْثَرُ مِمَّنْ يُطِيعُهُمْ »

“Beruntunglah orang-orang yang asing.” “Lalu siapa orang yang asing wahai Rasulullah”, tanya sahabat. Jawab beliau, “Orang-orang yang sholih yang berada di tengah banyaknya orang-orang yang jelek, lalu orang yang mendurhakainya lebih banyak daripada yang mentaatinya” (HR. Ahmad 2: 177. Hadits ini hasan lighoirihi, kata Syaikh Syu’aib Al Arnauth)

Walau terasa asing, namun begitu indahnya bisa berada di atas kebenaran yang dianut sebelumnya oleh Rasul dan para sahabat.

Hanya Allah yang memberikan petunjuk pada al haq, kebenaran.

Referensi:

Al Bid’ah wa Atsaruha As Syai’ fil Ummah, Salim bin ‘Ied Al Hilali, terbitan Darul Hijrah, cetakan ketiga, tahun 1409 H, hal. 50-52.
—
@ Pesantren Darush Sholihin, Panggang-Gunungkidul, 6 Jumadal Akhiroh 1434 H

Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal

Artikel Muslim.Or.Id

Dari artikel 'Walau Engkau Seorang Diri dalam Kebenaran — Muslim.Or.Id'

http://muslim.or.id/manhaj/makna-al-jamaah-dan-as-sawadul-azham.html 

via KAJIAN ISLAM ONLINE


“Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah” (QS. Al An’am: 116)

Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
“Diperlihatkan kepadaku umat manusia seluruhnya. Maka akupun melihat ada Nabi yang memiliki pengikut sekelompok kecil manusia. Dan ada Nabi yang memiliki pengikut dua orang. Ada Nabi yang tidak memiliki pengikut” (HR. Bukhari 5705, 5752, Muslim, 220)

Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
“Islam pada awalnya asing dan akan kembali asing kelak sebagaimana awalnya. Maka pohon tuba di surga bagi orang-orang yang asing” (HR. Muslim no.145)

Imam An Nawawi rahimahullah (wafat 676 H) berkata:
“Seorang manusia hendaknya tidak terpedaya dengan banyaknya orang yang melakukan hal-hal terlarang, yaitu orang-orang yang tidak menjaga adab-adab ini” (Dinukil dari Al Adabusy Syar’iyyah 1/163)

✽●•٠·˙10 NASEHAT UNTUK ISTRI ˙·٠•●✽

♥Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh♥
1- Selalu menerima suami apa adanya..
2- Selalu mentaati perintah suami selama itu baik..
3- Sejak dini tanamkn pengetahuan agama pada anak2mu..
4- Hendaklah selalu berbau harum di depan suami..
5- Perhatikan suami ketika dia makan dan tidur..
6- Jangan menolak ajakan suami ketika bersetubuh..

✽ TERUNTUK BEKAL IMAM KU ✽


♥ Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh ♥

❥ Ketahuilah,Aku Hanya Wanita Biasa..
Tampak Sempurna Di Luarannya..
Namun Hakikat Masih Memerlukan Seseorang..
Untuk Menyempurnakan Kehidupanku..


❥ Dan Buat Adam Yang Bakal Menjadi Pendampingku Kelak..
Ketahuilah Bahawasanya,Aku Takkan Selamanya Nampak Muda Dan Menarik..
Karena Waktu Bakal Memamah Usia..
Tua itu pasti menjangkau tiba..


❥ Buat dia bakal menjadi raja di hati..
Aku Hanya Wanita Biasa..
Kadangkala Ada Waktu,Saat kerja menghambat waktu..
Aku mungkin terlalai seketika..
Maafkanlah aku,Apabila aku alpa dengan duniawi..
Maka tegur dan bimbinglah aku..


❥ Buat Dia Bakal Imamku..
Aku Hanya Wanita Biasa..
Aku Mohon Sokongan dan Bimbingan..
Aku Mohon Pemahaman dan Pengertian..
Aku Mohon Kasih Sayang Tidak Berpenghujung..
Aku Mohon Kekuatan Meneruskan Liku-Liku Kehidupan..

✽ KEINGINAN TERBESAR SETIAP WANITA ✽


♥ Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh ♥

❥ Keinginan terbesar bagi setiap wanita adalah menjadi seorang isteri yang baik bagi suaminya. Yang pada akhirnya akan membawanya menjadi seorang ibu dari anak-anaknya..

❥ Itulah salah satu alasan bagi setiap wanita mengapa ia begitu merindukan apa yang disebutnya sebagai PERNIKAHAN.

❥ Merindukan seorang lelaki yang benar-benar punya komitmen yang jelas untuk menjadi imamnya..

❥ Ia sama sekali tidak merindukan seseorang yang datang hanya untuk memujinya..

❥ Ia sama sekali tidak merindukan seseorang yang datang hanya untuk merayunya..

❥ Ia sama sekali tidak merindukan seseorang yang datang hanya untuk memacarinya..

❥ Dan ia sama sekali tidak merindukan seseorang yang datang hanya untuk mempermainkan hati dan perasaannya..

Bersyukur Dengan Yang Sedikit

Setiap saat kita telah mendapatkan nikmat yang banyak dari Allah, namun kadang ini terus merasa kurang, merasa sedikit nikmat yang Allah beri. Allah beri kesehatan yang jika dibayar amatlah mahal. Allah beri umur panjang, yang kalau dibeli dengan seluruh harta kita pun tak akan sanggup membayarnya. Namun demikianlah diri ini hanya menggap harta saja sebagai nikmat, harta saja yang dianggap sebagai rizki. Padahal kesehatan, umur panjang, lebih dari itu adalah keimanan, semua adalah nikmat dari Allah yang luar biasa.

Dari An Nu’man bin Basyir, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ لَمْ يَشْكُرِ الْقَلِيلَ لَمْ يَشْكُرِ الْكَثِيرَ

“Barang siapa yang tidak mensyukuri yang sedikit, maka ia tidak akan mampu mensyukuri sesuatu yang banyak.” (HR. Ahmad, 4/278. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan sebagaimana dalam As Silsilah Ash Shohihah no. 667).

Kita Selalu Lalai dari 3 Nikmat

Pertama, adalah nikmat yang nampak di mata hamba.
Kedua, adalah nikmat yang diharapkan kehadirannya.
Ketiga, adalah nikmat yang tidak dirasakan.

Kesehatan Juga Nikmat

Bayangan kita barangkali, nikmat hanyalah uang, makanan dan harta mewah. Padahal kondisi sehat yang Allah beri dan waktu luang pun nikmat. Bahkan untuk sehat jika kita bayar butuh biaya yang teramat mahal. Namun demikianlah nikmat yang satu ini sering kita lalaikan.

Dua nikmat ini seringkali dilalaikan oleh manusia –termasuk pula hamba yang faqir ini-. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ ، الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ

”Ada dua kenikmatan yang banyak manusia tertipu, yaitu nikmat sehat dan waktu senggang”. (HR. Bukhari no. 6412, dari Ibnu ‘Abbas)

Rizki Tidak Hanya Identik dengan Uang

Andai kita dan seluruh manusia bersatu padu membuat daftar nikmat Allah, niscaya kita akan mendapati kesulitan. Allah Ta’ala berfirman,

وَآتَاكُم مِّن كُلِّ مَا سَأَلْتُمُوهُ وَإِن تَعُدُّواْ نِعْمَتَ اللّهِ لاَ تُحْصُوهَا إِنَّ الإِنسَانَ لَظَلُومٌ كَفَّارٌ( إبراهيم

“Dan Dia telah memberimu (keperluanmu) dari segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghitungnya. Sesungguhnya manusia itu sangat lalim dan banyak mengingkari (nikmat Allah).” (QS. Ibrahim: 34).

Meninggal dlm keadaan khusnul khotimah


Dari Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda,
مَنْ كَانَ آخِرُ كَلَامِهِ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ دَخَلَ الْجَنَّةَ
“Barangsiapa yang akhir ucapannya adalah Lâ Ilâha Illallâh, dia akan masuk surga.”
[HR. Ahmad, Abu Daud, Al-Hakim dan selainnya. Dihasankan oleh Syaikh Al-Albany dlm Irwâ`ul Ghalîl No. 687]

Bagaimana agar kita bisa meninggal dalam keadaan khusnul khotimah? Tentu tidak ada jalan lain selain waspada dan konsisten mengisi sisa umur yang kita miliki untuk kebaikan-kebaikan dunia maupun akhirat.

Dgn kata lain kita tidak boleh terlampau santai menyikapi waktu yang kita miliki apalagi merasa umur masih cukup panjang, sehingga suka meremehkan perbuatan dosa&bangga berbuat maksiat.

Oleh karena itu sebagai upaya waspada kita terhadap akhir yang buruk (su’ul khotimah) hendaknya setiap hari kita melakukan evaluasi terhadap keyakinan kita. Apakah keyakinan yang ada di dalam hati ini telah bersih dari titik-titik keraguan. Jika masih ada keraguan segeralah membersihkannya.
Jadi, mulai sekarang marilah biasakan diri untuk memperkuat iman, meneguhkan hati untuk konsisten beramal sholeh, dan waspada untuk tidak berbuat dosa. Sebab kita tidak pernah tahu kapan ajal menemui kita.

Hakikat Sombong adalah Menolak Kebenaran dan Meremehkan Orang lain

Apa itu (hakikat) Al-Kibru atau kesombongan ?

Dari Abdullah Bin Mas’ud radhiayallahu’anhu dari Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda:

وعن عبداللّه بن مسعودرضى اللّه عنه عن النّبىّ صلّى اللّه عليه وسلّم قال : لايدخل الجنّةمن كان فى قلبه مثقال ذرّةمن كبر ، فقال رجل : انّ الرّجل يحبّ ان يكون ثوبه حسناونعله حسنة ، قال : انّ اللّه جميل يحبّ الجمال . الكبر : بطرالحقّ وغمط النّاس (رواه مسلم)٠

“Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya ada sebesar dzarrah dari kesombongan.” Salah seorang shahabat lantas bertanya: “Sesungguhnya seseorang senang jika bajunya bagus dan sandalnya baik?” Maka beliau bersabda: “Sesungguhnya Allah Dzat yang Maha Indah dan senang dengan keindahan, Al-Kibru (sombong) adalah menolak kebenaran dan meremehkan manusia.”(HR Muslim dalam Shahih-nya, Kitabul Iman, Bab: Tahrimul Kibri wa Bayanuhu)

Dalam riwayat lain:

لاَ يَدْخُلُ النَّارَ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ إِيْمَانٍ وَلاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ

“Tidak akan masuk neraka seseorang yang di dalam hatinya ada sebesar biji sawi dari keimanan dan tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya ada sebesar biji sawi dari kesombongan.” (HR Muslim dalam Shahih-nya, Kitabul Iman, Bab: Tahrimul Kibri wa Bayanuhu)

Nabi telah menjelaskan Al-kibru (kesombongan) itu adalah:

الْكِبْرُ بَطْرُ الْحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ

“Menolak kebenaran dan merendahkan manusia”. Adapun batharul haq artinya mengingkari kebenaran dan menolaknya. Sedang ghomthunaas artinya meremehkan mereka (manusia).

Si Gubernur Miskin

Hari itu kota Hims, salah satu kota besar di bilangan Syam, dikejutkan oleh inspeksi mendadak sang khalifah Umar bin Khoththob. Sebenarnya inspeksi semacam ini bukan hal yang aneh bagi kaum muslimin pada zaman itu. Pasalnya, khalifah yang satu ini memang terkenal suka melakukan peninjauan langsung terhadap kinerja seluruh staf-staf kenegaraannya. Apabila ada hal yang tidak beres dia tidak segan-segan memecat dan mengganti pegawainya.

Begitu tiba di kota Hims, Umar meminta kepada beberapa staf setempat untuk mensurvey nama-nama fakir miskin di wilayah tersebut. Beberapa saat kemudian, para pegawai kembali dengan sebuah laporan tertulis berisi daftar nama-nama fakir miskin.

Disaat membuka buku laporan itu lembar demi lembar, tiba-tiba pandangannya terhenti pada sebuah nama,

"Sa'id bin 'Amir". Sejenak, dia berkelana didalam memori kepalanya, membongkar tumpukan nama-nama orang yang pernah ia kenal, sembari mencocokan nama orang ini: "Sa'id bin 'Amir", sepertinya nama ini tidak asing baginya.

"siapa yang kalian maksud dengan Sa'id bin 'Amir disini?" Tanya Umar keheranan.

" wahai amirul mukminin, dia itu gubernur kami" jawab mereka.

"apa..!? gubernur kalian?!? "
Mendengar jawaban itu ubun-ubun Umar bagai disambar petir. Ternyata dugaannya benar, orang ini memang sangat tidak asing baginya.

HAKIKAT CINTA ♥

Cinta adalah ruh kehidupan, rasa dari keberadaan, kelezatan dunia, makanan bagi ruh, kesenangan hati, cahaya mata, & sinar bagi hati…

Hidup tanpa cinta adalah kehidupan yang kering, hati tanpa cinta adalah hati yang keras…

Kehidupan adalah jasad, & cinta adalah ruh-nya… bila ruh-nya tiada, maka jasadpun tidak berguna…

Dengan cinta, para pecinta berbondong-bondong menuju apa yang dicintainya, mereka saling berlomba & berkompetisi dalam pengembaraan cinta…

Cinta adalah kehidupan … barangsiapa yang kehilangan cinta, maka dia telah mati…

Cinta adalah cahaya, siapa yang kehilangan cinta … maka dia berada dalam kegelapan yang sangat dan malam yang gulita…

Cinta adalah api didalam hati …

yang akan membakar segala apa yang tidak dicintai oleh kekasihnya …

maka tiada yang tersisa selain apa yang disenangi oleh sang kekasih …

tiada yang dia lakukan kecuali apa yang diminta oleh sang kekasih…

SIBUK MEMBICARAKAN 'AIB ORANG LAIN, LUPA DENGAN 'AIB SENDIRI


Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,

يبصر أحدكم القذاة في أعين أخيه، وينسى الجذل- أو الجذع - في عين نفسه

"Salah seorang dari kalian dapat melihat kotoran kecil di mata saudaranya tetapi dia lupa akan kayu besar yang ada di matanya." [Semut di seberang lautan nampak, gajah di pelupuk mata tak nampak].

[Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam Adabul Mufrod no. 592. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa riwayat ini shahih]

Wejangan Abu Hurairah ini amat bagus. Yang seharusnya kita pikirkan adalah ‘aib kita sendiri yang begitu banyak. Tidak perlu kita bercapek-capek memikirkan ‘aib orang lain, atau bahkan menceritakan ‘aib saudara kita di hadapan orang lain. ‘Aib kita, kitalah yang lebih tahu. Adapun ‘aib orang lain, sungguh kita tidak mengetahui seluk beluk hati mereka.

Saling menasehati dalam kebenaran, dan saling menasehati dalam kesabaran

Kita Selalu Lalai dari 3 Nikmat Ini:

Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan bahwa nikmat itu ada 3 macam:

Pertama, adalah nikmat yang nampak di mata hamba.

Kedua, adalah nikmat yang diharapkan kehadirannya.

Ketiga, adalah nikmat yang tidak dirasakan.

Ibnul Qoyyim menceritakan bahwa ada seorang Arab menemui Amirul Mukminin Ar Rosyid. Orang itu berkata,

“Wahai Amirul Mukminin. Semoga Allah senantiasa memberikanmu nikmat dan mengokohkanmu untuk mensyukurinya.

Semoga Allah juga memberikan nikmat yang engkau harap-harap dengan engkau berprasangka baik pada-Nya dan kontinu dalam melakukan ketaatan pada-Nya.

Semoga Allah juga menampakkan nikmat yang ada padamu namun tidak engkau rasakan, semoga juga engkau mensyukurinya.”

HATI SEORANG AYAH

Suatu ketika ada seorang anak perempuan yang bertanya kepada ayahnya, tatkala tanpa sengaja ia melihat ayahnya sedang mengusap wajahnya yang mulai berkerut dan badannya yang mulai membungkuk disertai suara batuknya yang khas.

Anak perempuan itu bertanya kepada ayahnya: "ayah, kenapa wajah ayah kian berkerut dan badan ayah kian hari kian membungkuk?" Demikian pertanyaannya ketika ayahnya sedang santai di beranda.

Si ayah menjawab, "karena aku lelaki".

Anak perempuan itu berkata sendirian "aku tidak mengerti", dengan kening berkerut karena jawaban ayahnya membuat hatinya bingung dan tidak mengerti.

Ayahnya hanya tersenyum, dipeluk dan dibelainya rambut anaknya sambil menepuk bahunya dan berkata, "anakku kamu memang belum mengerti tantang lelaki". Demikian bisik sang ayah yang membuat anaknya bertambah bingung.

Sistem Pendidikan Islam Solusi bagi Pendidikan Nasional

BOGOR — Praktisi pendidikan dari Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Dr Arim Nasim menilai, sistem pendidikan Islam dapat memecahkan berbagai masalah akibat sistem pendidikan nasional yang dianut Indonesia. Kegagalan sistem pendidikan nasional tampak dari input, proses, dan output-nya.
”Sistem pendidikan Islam merupakan upaya sadar, terstruktur, terprogram dan sistematis untuk membentuk manusia yang berkarakter berkepribadian Islam, menguasai tsaqofah Islam, dan menguasai ilmu serta teknologi,” kata Dr Arim saat berbicara dalam seminar dan workshop nasional pendidikan bertema   ’Strategi Peningkatan Mutu Pendidikan Nasional: Sistem Pendidikan Islam sebagai Pendidikan Alternatif Mewujudkan Indonesia yang Lebih Baik’  di Graha Widya Wisuda Kampus Institut Pertanian Bogor (IPB) Darmaga, Ahad (24/5). Acara yang dihadiri sekitar seribu peserta ini diselenggarakan Unit Kegiatan Mahasiswa (KM) dan Lembaga Dakwah Kampus Badan Kerohanian Islam Mahasiswa (BKIM) IPB.
Menurutnya sistem pendidikan Islam ini bukan berarti hanya diperuntukkan umat Islam atau berorientasi akhirat semata. Non-muslim sebagai warga negara berhak mendapatkan pendidikan yang sama. Manusia, khususnya umat Islam, sangat dianjurkan menguasai ilmu dan teknologi dalam mempermudah setiap urusan keduniawian. ”Ini juga telah dibuktikan pada era keemasan Kekhilafahan Umayyah, Abbasiyah, dan Ustmaniyah. Pada masa itu ilmu dan teknologi di dunia Islam sangat maju, sedangkan Eropa dalam masa kegelapan,” paparnya.

Imam Mahdi dan Khilafah


Soal:
Keyakinan kaum Muslim akan kembalinya Khilafah ‘ala Minhaj Nubuwwah semakin meningkat. Namun, ada sebagian yang percaya, bahwa Khilafah akan berdiri sendiri, karena sudah merupakan janji Allah. Caranya, dengan menurunkan Imam Mahdi. Pertanyaannya, benarkan Imam Mahdi yang akan mendirikan Khilafah? Ataukah kaum Muslim yang mendirikannya, kemudian lahirlah Imam Mahdi?
Jawab:
1- Kalaupun ada hadits yang menunjukkan Imam Mahdi akan mendirikan, maka hadits tersebut tetap tidak boleh dijadikan alasan untuk menunggu berdirinya Khilafah. Karena berjuang untuk menegakkan Khilafah hukumnya tetap wajib bagi kaum Muslimin, sebagaimana hadits Nabi:
مَنْ خَلَعَ يَدًا مِنْ طَاعَةِ اللهِ لَقِيَ اللهَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ لاَحُجَّةَ لَهُ، وَمَنْ مَاتَ وَلَيْسَ فِيْ عُنُقِهِ بَيْعَةٌ مَاتَ مِيْتَةً جَاهِلِيَّةً
“Siapa saja yang melepaskan tangannya dari ketaatan kepada Allah, niscaya dia akan menjumpai Allah pada Hari Kiamat dengan tanpa mempunyai hujah. Dan, siapa saja yang mati sedangkan di atas pundaknya tidak terdapat bai’at, maka dia mati dalam keadaan jahiliyah.” (Hr. Muslim)[1]
Manthuq hadits di atas menyatakan, bahwa “Siapa saja yang mati, ketika Khilafah sudah ada, dan di atas pundaknya tidak ada bai’at, maka dia mati dalam keadaan jahiliyah.” Atau “Siapa yang mati, ketika Khilafah belum ada, dan dia tidak berjuang untuk mewujudkannya, sehingga di atas pundaknya ada bai’at, maka dia pun mati dalam keadaan mati jahiliyah.” Karenanya, kewajiban tersebut tidak akan gugur hanya dengan menunggu datangnya Imam Mahdi.
2- Memang banyak hadits yang menuturkan akan lahirnya Imam Mahdi, namun tidak satupun hadits-hadits tersebut menyatakan, bahwa Imam Mahdilah yang akan mendirikan Khilafah. Hadits-hadits tersebut hanya menyatakan, bahwa Imam Mahdi adalah seorang Khalifah yang saleh, yang akan memerintah dengan adil, dan akan memenuhi bumi dengan keadilan, sebagaimana sebelumnya telah dipenuhi dengan kezaliman dan penyimpangan. Dari Abi Sa’id al-Hudhri ra. berkata, dari Nabi saw. bersabda:
لاَ تَقُوْمُ السَّاعَةُ حَتَّى تَمْتَلِيءَ الأَرْضُ ظُلْمًا وَعُدْوَانًا، ثُمَّ يَخْرُجُ رَجُلٌ مِنْ أَهْلِ بَيْتِيْ أَوْ عِتْرَتِيْ فَيَمْلَؤُهَا قِسْطًا وَعَدْلاً كَمَا مُلِئَتْ ظُلْمًا وَعُدْوَانًا