Ada Hikmah Di Balik Masalah

... Ada Hikmah Di Balik Masalah ...

Seorang wanita yang baru saja menikah, datang pada ibunya dan mengeluh soal tingkah laku suaminya. Setelah pesta pernikahan, baru ia tahu karakter asli sang suami keras kepala, suka bermalas-malasa n, boros, dsb.

Wanita muda itu berharap orang tuanya ikut menyalahkan suaminya. Namun betapa kagetnya dia karena ternyata ibunya diam saj
a. bahkan sang ibu kemudian malah masuk ke dapur, sementara putrinya terus bercerita dan mengikutinya. sang ibu lalu memasak air. Setelah sekian lama, air mendidih.

Sang ibu menuangkan air panas mendidih itu ke dalam tiga gelas yang telah disiapkan. Di gelas  pertama ia masukkan telur, di gelas kedua, ia masukkan wortel dan di gelas ketiga, ia masukkan kopi.

Setelah menunggu beberapa saat, ia mengangkat isi ketiga gelas tadi, dan hasilnya: Wortel yang keras menjadi lunak, telur yang mudah pecah menjadi keras, dan kopi menghasilkan aroma yang harum.

Lalu sang ibu menjelaskan: "Nak... masalah dalam hidup itu bagaikan air mendidih". Namun, bagaimana sikap kitalah yang akan menentukan dampak-nya".

Kita bisa menjadi:
1. Lembek seperti wortel.
2. Mengeras seperti telur.
3. Atau harum seperti kopi.

Jadi, wortel dan telur bukan mempengaruhi air... Mereka malah berubah oleh air. Sementara kopi malah mengubah air, membuatnya menjadi harum.

Dalam tiap masalah, selalu tersimpan mutiara yang berharga. Sangat mudah untuk bersyukur saat keadaan baik-baik saja, tapi apakah kita dapat tetap bersyukur saat kita ditimpa masalah?

Hari ini kita belajar ada tiga reaksi orang saat masalah datang.
* Ada yang menjadi lembek, suka mengeluh, dan mengasihani diri sendiri.
* Ada yang mengeras, marah, dan menyalahkan pihak lain.
* Ada juga yang justru semakin harum, menjadi semakin kuat dan bijaksana.

Itu semua tergantung pilihan kita sendiri bagaimana kita merespon sebuah permasalahan.

MAAF, BOLEH NUMPANG SHOLAT

... MAAF, BOLEH NUMPANG SHOLAT ...

Bismillahir-Rah manir-Rahim ... Terkadang untuk menyampaikan sebuah kebenaran tidak perlu ceramah dan retorika. Tutur kata yang santun dan perilaku mengesankan dapat membuat seseorang simpati lalu jatuh hati.

Ubaid adalah seorang pegawai. Belasan tahun sudah Ia bekerja di sebuah bank swasta. Orangnya jujur, rajin dan taat beribadah. Agama baginya bukan hanya

di masjid dan dinikmati sendiri. Namun agama menurutnya adalah dakwah, berbagi dengan sesama sehingga nilai dan sinarnya dapat dirasakan oleh orang lain.

Ubaid beruntung karena mendapatkan fasilitas KPR dari kantornya. Dua minggu sudah ia mencari-cari rumah yang sesuai dengan plafond kantor dan sesuai pula dengan keinginannya. Allah Swt. menunjukkan rumah yang sesuai untuknya di sebuah bilangan di Ciputat - Tangerang Cirendeu tepatnya.
Ubaid menceritakan kepada istrinya rumah yang baru saja dilihat. Sore itu Ubaid berjanji untuk mengajak istrinya untuk melihatnya sekaligus meminta persetujuan atas rumah yang dimaksud.

Setengah enam sore, Ubaid dan istri berangkat dari rumah menuju Cirendeu. Baru separuh jalan, terdengarlah kumandang azan Magrib. Mendengarnya, Ubaid berujar kepada istrinya. “Shalat Magrib kita numpang saja ya di rumah yang mau kita lihat!” Istrinya pun mengiyakan usul Ubaid.

Ubaid dan istri sampai di rumah itu. Pemilik rumah menyambut mereka dengan seulas senyum. Mereka dipersilakan masuk dan duduk di ruang tamu. Dalam pembicaraan yang mereka lakukan, Ubaid dan istri mengetahui bahwa ibu pemilik rumah adalah seorang janda usia 50 tahun lebih beranak dua.
“Berapa Bu rumah ini mau dijual?” Tanya istri Ubaid kepada pemilik rumah.
“Saya mau lepas dengan harga 300 juta,” sahut pemilik rumah.
“Gak bisa kurang?” Tandas istri Ubaid.

“Itu juga sudah murah... Kemarin ada yang tawar 260 juta saya gak kasih,” jawab pemilik rumah.
Mendengar itu Ubaid dan istri menjadi paham bahwa harga yang diinginkan pemilik rumah, namun plafond dari kantor untuk Ubaid hanya Rp. 250 juta. Ubaid dan istri saling berpandangan. Budget mereka tidak sesuai dengan harga rumah yang diinginkan.
Ubaid melirik jam di pergelangan tangannya. Masya Allah! Waktu Isya sebentar lagi tiba, padahal Ubaid dan istri belum shalat Magrib...

Ubaid lalu berkata kepada pemilik rumah, “Ibu, boleh kami numpang shalat di sini?”
Mendengar kalimat itu rona wajah pemilik rumah berubah drastis. Tampak kebingungan dan sedikit tegang. Ubaid merasakan hal itu, ia pun meralat kalimatnya, “Kalo gak boleh shalat di sini, masjid yang terdekat di mana ya?”
Kalimat ini pun menambah kekikukan bagi pemilik rumah, dan ia pun menyergah, “Masjid jauh dari sini!!!”
Ubaid pun menjadi bingung atas sikap dan jawaban dan pemilik rumah. Dalam hati ia menduga kalau-kalau pemilik rumah bukan seorang muslimah. Namun Ubaid dan istrinya harus segera shalat Magrib, ia pun berujar, “Kalo gak boleh shalat di dalam rumah, bolehkah kami shalat di teras?”

Merasa terdesak, pemilik rumah akhirnya mengizinkan. Maka jadilah Ubaid dan istrinya shalat Magrib di teras rumah. Tanpa alas apa pun sebagai sejadah mereka.

Usai shalat, Ubaid dan istri melanjutkan pembicaraan dengan pemilik rumah. Tidak berlangsung lama, mereka pun berpamitan. Sayang malam itu tidak ada angka yang disetujui oleh mereka, baik oleh Ubaid dan istri ataupun dari pemilik rumah. Masing-masing bertahan dengan harga dan uang yang mereka mau.
Malam itu akhirnya gak ada angka yang pas pemilik rumah maunya 300 juta, padahal Ubaid hanya boleh ngambil KPR maksimal Rp. 250 juta

Namun keanehan luar biasa terjadi. Keesokan paginya, ibu pemilik rumah menelepon ke HP Ubaid, Ubaid bercerita bahwa pemilik rumah itu bertanya lewat pembicaraan telepon pagi-pagi sekali, “Pak Ubaid, saya nelepon cuma mau tanya, apakah setiap rumah yang hendak bapak beli harus disembahyangkan dulu?!”

dahi Ubaid sempat berkernyit, dan bertanya-tanya dalam hati “Maksudnya apa, ya ?”

“ maaf, bukan begitu ibu, saat itu kami berdua belum shalat Magrib padahal waktu Isya sudah hampir masuk, jadi apa yang kami lakukan adalah sebuah kewajiban bukannya untuk menentukan rumah itu cocok atau tidak!” Ubaid menjelaskan kalimat yang ia sampaikan kepada ibu pemilik rumah.

“Tapi Pak, entah kenapa usai Bapak dan istri pulang saya kok merasa cocok dan menjadi tenang hati saya, makanya pagi-pagi ini saya langsung menelepon ke HP Bapak,” ujar Ubaid menceritakan

Lebih panjang Ubaid bercerita bahwa ibu itu mengaku sudah hampir 30 tahun tidak pernah shalat sejak ditinggal oleh suaminya dan harus membesarkan kedua anaknya. Hidupnya panik dan sulit. Ia harus bekerja dan mencari nafkah. Duit dan duit yang ada dalam kepalanya, dia lupa sama sekali untuk menyembah Allah.
“Sekarang, ibu itu tidak kurang 3 kali dalam seminggu pasti menelepon atau berkunjung ke rumah saya. Dia mau belajar menjadi muslimah lagi katanya,” Ubaid menjelaskan

“Rumah itu sudah kami beli darinya. Harganya pun amat menakjubkan! Jauh dari dugaan kami semula. Kami membelinya dengan harga Rp. 220 juta saja!!!” Tambah Ubaid.
“Lebih hebatnya lagi, sampai sekarang rumah itu baru separuh kami bayar. Bukan karena keinginan kami, tapi keinginan ibu itu!!!” Tegas Ubaid.
“Kok bisa begitu?”

“Dia bilang bayar saja sisanya kalau saya sudah merasa puas belajar ibadah kepada Pak Ubaid dan keluarga!” Ubaid menutup kalimatnya sambil tersenyum.

Subhanallah, kisah ini begitu berarti buat kita yang mendengarnya. Terkadang bila ibadah sudah mewujud dalam bentuk indahnya akhlak seseorang, maka simpati dari sesama akan terbit dan menyinari kehidupan yang kita jalani. Ternyata, semuanya menjadi makin indah dengan ibadah!!!

“ Sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan keji (kejahatan) dan munkar (anarkis) “ (QS.AL-Ankabut:45 )

Wallahu A'lam bishawab ..
Wabillahi Taufik Wal Hidayah, ...

Salam Terkasih ..
Dari Sahabat Untuk Sahabat ...

... Semoga tulisan ini dapat membuka pintu hati kita yang telah lama terkunci ...

Semoga bermanfaat dan Dapat Diambil Hikmah-Nya ...
Silahkan DICOPAS atau DI SHARE jika menurut sahabat note ini bermanfaat ....

#BERSIHKAN HATI MENUJU RIDHA ILAHI#
--------------- --------------- --------------- ---
.... Subhanallah wabihamdihi Subhanakallahum ma Wabihamdika Asyhadu Allailaaha Illa Anta Astaghfiruka Wa'atuubu Ilaik ....

TIPS MENGARAHKAN PERILAKU ANAK

... TIPS MENGARAHKAN PERILAKU ANAK ...

Pernakah Anda merasa kesal dan frustasi melihat perilaku buruk anak kita ? Bila pernah, mari kita berkaca bersama saat mengasuhnya sejak anak kita masih kecil. Karena disadari atau tidak, perilaku buruk pada anak kita, banyak dipengaruhi oleh kebiasaan kita sebagai orang tua dalam mengasuh dan mendidiknya sejak usia dini.

Berikut beberapa kiat jitu agar per

ilaku anak bisa berubah :

1. Memberi Contoh Kepatuhan.
Orang tua menjadi model bagi anak. Misalnya, patuh terhadap peraturan lalu lintas, peraturan lingkungan, peraturan sekolah, dsb. Diharapkan contoh ini akan membuat anak sadar, bahwa ketika kita berada dalam sebuah 'otoritas' yang lebih tinggi maka kita harus tunduk kepada otoritas tersebut.

2. Berikan Perintah Yang Jelas.
Kadangkala kita sering mengungkapkan pernyataan seperti, "Awas, kalau ikut jangan nakal atau macam-macam !".
Ungkapan ini tidak memiliki maksud yang jelas. Dalam benak anak, mereka akan menafsirkan sendiri apa yang dimaksud nakal atau macam-macam tersebut. Sehingga memancing anak untuk mencoba-coba untuk mengetahui maksudnya.

3. Buat Batasan.
Seorang anak bisa bersikap keras kepala jika dilarang atau diperintah. Hadapilah sikapnya dengan tegas, tetapi jangan mengomel atau merayunya. Katakan apa yang kita inginkan, dan tegaskan bahwa dia harus melakukan apa yang kita katakan.

4. Peringatkan Diawal.
Ketika si anak sudah terlalu lama bermain dan sudah waktunya untuk tidur, cobalah untuk mengingatkan lima atau sepuluh menit diawal. Dengan begitu, anak akan tahu bahwa sebentar lagi dia harus berhenti bermain.

5. Ciptakan Tujuan Yang Terjangkau.
Seringkali orang tua mengharapkan perilaku buruk anak akan berhenti seketika atau selamanya. Mungkinkah ? Kenyataannya, perubahan perilaku adalah proses yang terjadi selangkah demi selangkah. Jangan mengharapkan perubahan instan. Karena perubahan perilaku memerlukan latihan yang terus menerus, baik bagi anak maupun diri Anda sendiri.

6. Jika Anak Tidak Berubah.
Orang tua kadang mudah menyerah ketika mereka tidak melihat adanya perubahan pada diri anak.Kemungkina n besar adalah karena tujuannya yang salah. Orang tua yang berharap si anak akan menjadi penurut 100 % pasti gagal. Ingat, tujuan kita sesungguhnya adalah upaya 'perbaikan'.

Amati segala perubahan kecil yang terjadi pada diri anak. Mungkin perlu untuk mengubah rutinitas di rumah untuk memudahkan perbaikan perilaku pada anak. Misalnya mengubah jam belajar anak dengan memperhatikan tingkat kesegaran anak. Atau TV dimatikan selama mengerjakan PR. Bisa juga menetapkan aturan yang baru, anak boleh bermain setelah tugas selesai.

Setiap anak adalah pribadi yang unik, dan perhatikan secara individu. Jangan bandingkan dengan anak lain. Jauhkan cara-cara kekerasan terhadap anak, karena hal itu tak akan membuahkan hasil.

"Selamat Mewarnai Anak Kita, Saudaraku..!!"

GABUNG YUK di FP Strawberry ada banyak kata HIKMAH, RENUNGAN dan MOTIVASI.

Ajak sahabat yanng lainnya bergabung

insya Allah Bermanfaat
 

Kisah Kejujuran Penjaga Kebun Anggur

... Kisah Kejujuran Penjaga Kebun Anggur ...
Bismillahir-Rah manir-Rahim ... Alkisah ada seorang penjaga kebun buah-buahan bernama Mubarok. Dia adalah orang jujur dan amanah. Sudah bertahun-tahun ia bekerja di kebun tersebut.

Suatu hari majikannya, sang pemiliki kebun, datang mengunjungi kebunnya. Ia sedang mengalami masalah yang pelik dan sulit untuk dicarikan jalan keluarnya. Putrinya yang su
dah beranjak dewasa tumbuh menjadi seorang gadis yang cantik dan banyak pria yang ingin mempersuntingnya.


Yang menjadi permasalahan baginya adalah semua laki-laki yang ingin mempersunting putrinya adalah kerabat dan teman dekatnya. Ia harus memilih salah satu dari mereka, tetapi ia khawatir jika menyinggung bagi kerabat yang tidak terpilih.


Sambil beristirahat dan menenangkan pikiran, ia mencoba mencicipi hasil kebunnya. Dipanggillah Mubarok, penjaga kebun itu.


“Hai Mubarok, kemarilah! Tolong ambilkan saya buah yang manis!” perintahnya.


Dengan sigap Mubarok segera memetik buah-buahan yang diminta, kemudian diberikan kepada majikannya.


Ketika buah tersebut dimakan sang majikan, ternyata rasanya masam sekali. Majikan Mubarok berkata, “Wahai Mubarok! Buah ini masam sekali! Berikan saya buah yang manis!” pinta sang majikan lagi.


Untuk kedua kalinya, buah yang diberikan Mubarok masih terasa masam. Sang majikan terheran-heran, sudah sekian lama ia mempekerjakan Mubarok, tetapi mengapa si penjaga kebun ini tidak mampu membedakan antara buah masam dan manis? Ah, mungkin dia lupa, pikir sang majikan. Dimintanya Mubarok untuk memetikkan kembali buah yang manis. Hasilnya sama saja, buah ketiga masih terasa masam.


Rasa penasaran timbul dari sang majikan. Dipanggillah Mubarok, “Bukankah kau sudah lama bekerja di sini? Mengapa kamu tidak tahu buah yang manis dan masam?” tanya sang majikan.


Mubarok menjawab, “Maaf Tuan, saya tidak tahu bagaimana rasa buah-buahan yang tumbuh di kebun ini karena saya tidak pernah mencicipinya!”


“Aneh, bukankah amat mudah bagimu untuk memetik buah-buahan di sini, mengapa tidak ada satu pun yang kaumakan?” tanya majikannya.


“Saya tidak akan memakan sesuatu yang belum jelas kehalalannya bagiku. Buah-buahan itu bukan milikku, jadi aku tidak berhak untuk memakannya sebelum memperoleh izin dari pemiliknya,” jelas Mubarok.


Sang majikan terkejut dengan penjelasan penjaga kebunnya tersebut. Dia tidak lagi memandang Mubarok sebatas tukang kebun, melainkan sebagai seseorang yang jujur dan tinggi kedudukannya di mata Allah SWT. Ia berpikir mungkin Mubarok bisa mencarikan jalan keluar atas permasalahan rumit yang tengah dihadapinya.


Mulailah sang majikan bercerita tentang lamaran kerabat dan teman-teman dekatnya kepada putrinya. Ia mengakhiri ceritanya dengan bertanya kepada Mubarok, “Menurutmu, siapakah yang pantas menjadi pendamping putriku?”


Mubarok menjawab, “Dulu orang-orang jahiliah mencarikan calon suami untuk putri-putri mereka berdasarkan keturunan. Orang Yahudi menikahkan putrinya berdasarkan harta, sementara orang Nasrani menikahkan putrinya berdasarkan keelokan fisik semata. Namun, Rasulullah SAW mengajarkan sebaik-baiknya umat adalah yang menikahkan karena agamanya.”


Sang majikan langsung tersadar akan kekhilafannya. Mubarok benar, mengapa tidak terpikirkan untuk kembali pada Al-Qur’an dan As-Sunnah. Islamlah solusi atas semua problematika umat manusia.


Ia pulang dan memberitakan seluruh kejadian tadi kepada istrinya. “Menurutku Mobaroklah yang pantas menjadi pendamping putri kita,” usulnya kepada sang istri. Tanpa perdebatan panjang, sang istri langsung menyetujuinya.


Pernikahan bahagia dilangsungkan. Dari keduanya lahirlah seorang anak bernama Abdullah bin Mubarok. Ia adalah seorang ulama, ahli hadis, dan mujahid. Ya, pernikahan yang dirahmati Allah SWT dari dua insan yang taat beribadah, insya Allah, akan diberi keturunan yang mulia.


Wallahu A'lam bishawab ..

Wabillahi Taufik Wal Hidayah, ...


Salam Terkasih ..

Dari Sahabat Untuk Sahabat ...


... Semoga tulisan ini dapat membuka pintu hati kita yang telah lama terkunci ...


Semoga bermanfaat dan Dapat Diambil Hikmah-Nya ...

Silahkan DICOPAS atau DI SHARE jika menurut sahabat note ini bermanfaat ....


#BERSIHKAN HATI MENUJU RIDHA ILAHI#

--------------- --------------- --------------- ---

.... Subhanallah wabihamdihi Subhanakallahum ma Wabihamdika Asyhadu Allailaaha Illa Anta Astaghfiruka Wa'atuubu Ilaik ....

CERPEN SIRAMBUT GONDRONG

CERPEN.

-----SI RAMBUT GONDRONG---

Sejak dahulu hingga sekarang, tak seorangpun dalam keluarga kami yang seperti Niq, gondrong! Kecuali yang perempuan, tentu saja. Kakek, Paman, Ayah, Bang Faris, semua selalu berpenampilan necis dan keren. Necis orang bilang.

"Pokoknya Niq suka begini!" kata adikku itu suatu ketika.
"Memangnya ada yang dirugikan kalau Niq gondrong? Rambut-rambut gue …" katanya cuek.
"Bukan gitu, Niq. Kamu tuh jadi kayak cewek. Apalagi kalau dilihat dari belakang," tegurku tak suka.

"Kak Wiwi aja yang kuno, norak. Sekarang emang jamannya begini. Lihat aja anak-anak kampus Niq, rata-rata kayak Niq. Keren!"
"Kucel, kumal, serem …" potongku sewot.
"Niq ganteng, bersih, dan banyak yang naksir!" tambah Niq tak mau kalah, sambir menyisir rambutnya yang sepinggang itu. Aku mencibir.

"Jangan suka menghina deh, Kak! Rasulullah aja gondrong, kok!" kata Niq akhirnya sambil ngeloyor meninggalkanku.
Aku bengong. Manyun. Rasulullah? Gondrong? Hah, tahu dari mana tuh anak?

Tak kupungkiri, Niq memang berbeda dengan cowok-cowok gondrong lainnya. Rambutnya tebal, hitam dan mengkilap. Ia rajin sekali merawatnya. Terkadang kupergoki Niq melumuri rambutnya dengan kemiri.

Lain waktu, saat Ibu ribut mencari jeruk nipis yang baru dibelinya di pasar, kutemui Niq asyik memeras jeruk-jeruk nipis itu sebelum akhirnya membasuh dan memijat kepalanya dengan 'belanjaan' Ibu itu. Lain waktu pakai rumput lautlah, madulah …, pokoknya heboh.

"Hoi, siapa di kamar mandi? Niq, ya? Buruan, dong!!!" teriak Bang Faris. "Bisa terlambat aku ke kantor," katanya sambil melirikku.
"Sabar dong, Bang! Niq lagi keramas!" suara Niq santai dari kamar mandi.

Kami saling lirik. Kalau Niq udah keramas, mendingan jangan ditungguin. Bisa 'botak sariawan' kita. Soalnya cuci bilasnya saja sampai lima kali. Belum pakai hair tonic, cem-ceman, lidah buaya dan sebagainya. Malah ditambah berdoremi di kamar mandi lagi. Maklum aja, anak IKJ jurusan musik!
"Sudah, mandi di kamar Ibu aja, Ris," suara Ibu. "Kamu juga, Wi. Jangan ribut pagi-pagi."

***
"Pokoknya Niq, kalau kamu mau merapikan rambut kamu, Kak Wiwi kasih dua puluh ribu, deh!" kataku saat berada di meja makan.
Semua tersenyum.
"Ogahlah yau. Rambut Niq lebih mahal dari itu."
"Lima puluh ribu, deh!" kataku lagi.
Niq Cuma nyengir. "Sorry. Not for sale!"
"Seratus ribu!" seruku sambil memasukkan sepotong tempe ke dalam mulut. "Biar kubedol celenganku!"

Ayah dan Ibu geleng-geleng kepala. Niq tak bergeming.
"Dua ratus ribu lagi dariku!" tambah Bang Faris tiba-tiba.
Niq senyam-senyum. "Ditukar motor pun belum tentu Niq mau!" katanya menang.

"Memangnya rambut kamu itu ada apanya, sih?" cetusku kesal.
"Kekuatan … ceila!" ujar Niq gede rasa.
"Emangnya Samson!?" ledekku.

"Sudah-sudah. Ayah tambah sertus lima puluh lagi, deh," kata Ayah sambil menambahkan nasi ke piring.
Aku surprise!
"Ibu juga sama," tambah Ibu. "Gimana, Niq? Kamu berubah pikiran?"

Niq masih menggeleng. Mantap sekali! Tujuh ratus ribu baginya tak berarti dibandingkan 'kekuatan' itu? Uh, sebel!

***

"Koran!"
Seperti biasa pagi ini kulihat Niq berlari menghampiri Udin, bocah SD tukang koran langganan kami itu. Kalau soal baca koran, Niq memang nomor satu. Nggak mau ketinggalan berita, begitu katanya.

Dari jauh kulihat mereka bercakap-cakap sebentar. Entah apa yang mereka bicarakan. Aku hanya sempat melihat Niq menepuk-nepuk pundak Udin, akrab. Lalu tiba-tiba saja mataku menangkap sesuatu pada sosok Udin. Ya ampun, sejak kapan rambutnya jadi sebahu?! Gondrong!

"Kok si Udin jadi gondrong sih, Niq?" tanyaku sambil tergesa-gesa memakai sepatu. Satu jam lagi kuliah terakhir Bu Sijunjung. Aku tak boleh telat!

"Katanya mumpung liburan. Biar keren kayak Om Niq," jawab Niq sekenanya sambil membuka lembaran koran.
Aku mesem. Belagu!

"Eh, Kak Wi, mau ikutan ke Gunung Salak nggak? Anak-anak kampus ngadain pendakian sama baksos. Orang luar juga boleh ikut," kata Niq tiba-tiba. Matanya sesaat lepas dari koran, dan tangannya memilin-milin ujung rambut gondrongnya.

Aku nyengir. Dahulu, sebelum pakai jilbab,aku memang pendaki handal. Niq belum lupa itu.
"Nitip baju bekas aja, deh, buat baksos." Kuraih tasku dan bersiap pergi.

Niq ngangguk. "Boleh! Bilangin sama Bang Faris, Kak. Biar dia nyumbang juga!" kata Niq nyengir. "Kasihan masyarakat di sana. Malah tanahnya banyak direbut orang kota!" teriaknya sebelum aku berlalu.

Di dalam bus, wajah Niq terus terbayang....

Adikku itu gagah, tegar, dan terkesan garang, tetapi sebenarnya lembut hati dan senang menolong. Ia juga punya banyak teman. Namun biar bagaimanapun, rasanya aneh bukan, seorang aktivis rohis punya adik model Bob Marley?
"Bob Marley yang ini rajin shalat, lho! Niq kan metal Islam," kata Niq suatu ketika.

"Tapi kamu tahu nggak, arti namamu sebenarnya?"
"Aniq Hanif? Oh ya, Niq, kok nggak pernah nanya sama Ayah Ibu, ya?" cengirnya sambil membetulkan senar gitarnya yang putus.

"Artinya rapi dan baik. Dan kalau lihat kamu sekarang, nama itu kurang sesuai," kataku.

"Sesuai. Percayalah padaku, kakakku sayang," katanya sok romantis. "Tanyakan saja pada rumput laut dan jeruk nipis!"
Iiiih, Niq!

"Kampus! Kampus!" Suara kenek bus mengagetkanku. Aku pun buru-buru turun. Dug! Pakai kesandung lagi! Ups, aku hampir jatuh dan …
"Maaf," kataku saat kusadari sepatuku sempat menginjak kaki orang.

Lelaki gondrong yang bergelantungan dan beralas sandal jepit itu diam. Melotot padaku.
Aku bergidik. Buru-buru turun.
***

"Coba deh, Da. Suruh Niq pangkas. Biar rapi," kataku pada Ida, teman dekat Niq, setengah berbisik, saat dia berkunjung ke rumah.

"Udah, Kak. Dianya nggak mau!" jawab Ida enteng.
Aku menarik napas panjang. Sungguh, aku nggak pernah setuju Niq pacaran dengan Ida. Bagiku nggak ada konsep pacaran dalam Islam. Tapi … mau tidak mau kali ini aku harus memanfaatkan Ida untuk ngomong dengan Niq.

"Coba deh kamu jujur, kamu nggak suka kan kalo Niq gondrong?" tanyaku pelan.
Ida menyeruput teh manis yang kusediakan. "Oh … eh … ng, gimana ya, Kak? Suka juga. Abis macho, sih," ujarnya kemudian malu-malu.

Aku geregetan. Duh, gimana, nih? Siapa lagi yang bias menasihati si Gondrong itu?

"Ini kan jaman kemerekaan. Demokrasi," masih kuingat kata Ayah, bagai anggota DPR. "Terserah dia sajalah, Wi. Nggak usah dipaksa-paksa."
"Ibu juga sependapat. Yang penting, dia tidak rusak seperti anak tetangga sebelah itu!"

"Ah, Cuma buang-buang waktu, nasihati dia!" kata Bang Faris. "Mendingan ngurusin kerjaanku."

Nah, tujuh ratus ribu aja, ditolak!
"Ayo, dong, Da! Kalau kamu bisa bujuk Niq, Kakak beri hadiah, deh!" rayuku lagi.

Ida, yang hingga sekarang masih berbiat jadi artis sinetron itu membetulkan letak duduknya. "Gimana, ya? Yaaa, Ida coba deh. Tapi, nggak janji, lho!"

Tiba-tiba Niq muncul. Rambutnya rapat dibungkus handuk. "Sorry ya, kemirinya belum meresap, Da," ujarnya, santai. "Habis itu mesti dibilas lagi, baru dikeringin. Gue nggak suka pakai hair drayer. Bisa bikin rusak rambut! Sabar ya, Non?"
Ida diam saja. Mesem.

"Kalah sama kemiri," bisikku. "Dua hari lalu kalah sama alpukat, ya?"
Ida menukar posisi duduk dan mengaduk teh manisnya. Rasain!

***

"Koran!" suara Udin terdengar agak serak pagi ini.
Aku mengintip dari balik tirai. Niq dan Udin tertawa-tawa. Masing-masing memegang rambut gondrongnya. Apa coba?
"Hati-hati ya, Din! Ingat, kalau ada apa-apa pager, aja!" kata Niq. Kulihat Udin mengangguk. Kemudian menggenjot sepedanya dan berlalu.

Aku keluar.
"Lho, kirain udah pergi rapat lagi," sapa Niq. "Ayah dan Bang Faris malah pagi-pagi banget udah pergi."
"Belum." Kuraih salah satu koran langganan kami. Ooo …!

Dasar koran kriminal. Beritanya tentang pembunuhan, perampokan, perkosaan, dan pengeroyokan. Tiba-tiba mataku memandang sebuah foto yang terpampang di situ. Lalu mataku bergerak memandang foto-foto lainnya. Masya Allah!

"Ehm .. hm …" aku berdehem.
"Kenapa, Kak?"
"Lihat foto-foto di koran ini …"
"Kenapa?" Niq meraih koran itu.

"Penjahatnya kok, gondrong semua …" kataku pelan.
"Huh, Sara! Banyak kok, orang gondrong berhati mulia! Wajah Niq mengeras. "Jangan terpengaruh gitu dong, Kak?!"
Aku mengangkat bahu dan meninggalkan Niq sendiri. Galau.

***

"Hari ini, di kampus, aku dan teman-teman aktivis Rohis berkumpul di mushala. Lepas sholat zuhur, kami mengadakan rapat untuk acara pesantren kilat (sanlat) mengisi liburan.

"Ajak aja Niq, Wi!" kata Ratna. "Ikhwan panitia juga banyak yang mengajak adiknya."
"Ngajak Niq? Ke laut, aja!" ledekku. "Sejak kapan dia berminat?"
"Hus, nggak boleh gitu. Namanya hidayah, siapa tahu?" timpal Kiki.

Aku menggeleng. Susah mengajak Niq ke acara-acara seperti itu. Dia mau shalat saja aku sudah syukur banget!
"Rambutnya belum dipotong juga?" Tanya Ratna tiba-tiba. Ratna dan Kiki memang orang kampus yang paling tahu tentang keluargaku.

"Belum," jawabku pendek.
"Hati-hati lho, Wi. Bukan apa-apa. Biasanya cowok gondrong itu sering dikira preman, sering juga dikira anak bandel. Pemabuk atau pemadat!"

Aku agak tersinggung dengan ucapan Ratna. "Niq nggak begitu, kok!"
"Iya, aku tahu." Ratna menjajari langkahku. "Jaga-jaga saja. Kamu tahu nggak, anak-anak kiri di kampus kita rata-rata gondrong. Lalu … setiap ada kerusuhan di Jakarta, itu kan banyak cowok-cowok gondrong yang terlibat."

Alisku terangkat.
"Selain Budiman Sudjatmiko, anak-anak PRD itu banyak yang gondrong!"
"Iya, bilang sama Niq, jangan sampai kalau ada apa-apa, dia yang kena!" timpal Kiki. "Orang jaman sekarang kan sering salah paham dan suka mencari kambing hitam!"
Ooo …! Kok, ngomongnya jadi pada ngelantur sih?

***

"Kok, diam saja dari tadi, Wi? Ada masalah?" Tanya Ibu lembut.
Aku menggeleng. Kulirik jam di dinding. Pukul 23.30, dan Niq belum juga pulang.

"Niq, kok, belum pulang sih, Bu?'
"Katanya latihan band di Grogol. Di rumahnya si Dodo!" suara ayah yang masih betah menonton televisi.

"Astaghfirullah . Perasaan Wiwi kok, nggak enak, ya?!"
"Aku juga, Wi. Soalnya tadi dia bilang mau pulang cepat. Film di tivi bagus!" Bang Faris menghampiriku.

"Aduh … gimana, ya?"
"Kenapa, sih?" desak Ibu yang sudah beberapa kali kulihat menguap.

"Wiwi … khawatir …"
"Cerita, dong!" desak Ibu.
Aku menggaruk-garuk kepalaku yang tak gatal. Lalu tiba-tiba semua yang dikatakan Ratna dan Kiki mengalir. Kuceritakan kepada Ibu, Ayah, dan Bang Faris.

Dan … semua diam. Duh, aku jadi merasa bersalah! Sementara dentang jam dinding sudah menunjukkan pukul dua belas malam.

Kita doakan saja tak terjadi apa-apa," kata Ayah. Waktu terus berlalu dan kami benar-benar tak bisa tidur! Sesekali pandangan kami mengarah pada telepon di ruang tamu.

Tepat pukul 01.00 pintu diketuk. Aku bangkit dan mengintip jendela. "Bukan Niq! Temannya kali! Bang Faris aja, yang buka!" kataku ketika melihat sosok asing dari balik jendela.
Semua berpandangan. Ayah dan Bang Faris bangkit, mengintip jendela, kemudian membuka pntu.
Seorang pemuda berambut rapi. Baju putihnya berdarah. Kami berempat menatap tak percaya! Niq!

Ibu langsung memeluk Niq panik! "Kamu kenapa? Ya Allah, bajumu berdarah?"
"Ya Robby …" bibirku kelu. Dengkulku lemas. Sementara aku masih menatap wajah Niq aneh. Dia tak gondrong lagi! Apa pula ini? Ah …

"Niq nggak jadi latihan band. Sebenarnya tadi mau langsung pulang … "
"Tapi?" Tanya Ayah tak sabar.

"Niq ketemu Udin."
"Udin? Tukang Koran kita?" tanyaku beruntun.
Niq mengangguk. "Dia digebuk beberapa berandalan yang mau merampas duitnya. Niq nggak bisa membiarkan …"

"Lan … tas?" suara Ibu bergetar.
"Niq berantem. Berandalan itu kabur setelah Niq dan Udin berteriak minta tolong. Niq luka sedikit kena clurit."

Wajah kami pias. Ya Allah, adikku kena clurit!
"Tapi nggak apa, sudah ke poliklinik. Maaf, Niq nggak telepon. Takut semua panik."

Kami menarik napas lega. Ibu membelai Niq dan sesaat mengusap lebam wajahnya. Ayah menepuk bahunya. Bang Faris tercenung, sementara aku menatap Niq tak berkedip. Rambut gondrongnya benar-benar sudah raib!

"Ram … ram .. butmu?"
Niq tersenyum. Kami jadi bingung.
"Buat Udin," jawabnya pendek.
"Buat Udin? Buat apa?" Tanya kami hampir serempak. Emangnya Udin butuh rambut???

"Udin butuh duit buat lanjutin sekolah. Dia kan anak yatim dan ibunya cuma tukang cuci. Jadi … tadi Niq pangkas rambut agar uang yang tujuh ratus ribu itu bisa buat sekolah Udin dan modal emaknya buka warung."

Kami terbelalak. "Tujuh ratus ribu?" Tanya Ayah.
"Ya, yang dulu dijanjiin kalau Niq mau potong rambut. Masih berlaku, kan? Kalau bisa, besok duitnya sudah ada, ya?" Niq nyengir kuda.

"Rambut sih, bisa panjang lagi!" tambahnya badung.
"Hah?" semua berpandangan, mengerutkan kening.
Akan tetapi, mataku berkaca-kaca.
http://www.facebook.com/MutiaraAirMataMuslimah
..•*´`*•.♥♥.•*´`'•.¸*¤* ¸.•'´´*•.♥♥.•*´`*•.
Baca Artikel Lainnya :
* Tawadhu adalah sifat yang mulia
* Kenikmatan dunia hanya setetes air
* Kenikmatan dunia hanya setetes air di jari
* Kisah Nyata Dua Orang Super
* Menjaga kesetiaan suami istri
* Kecantikan Iman seorang istri Shalihah
* Sebuah nasihat untuk Istri
* Kisah Seorang Pengantin
* Betulkah Imam Mahdi yang akan Mendirikan Khilafah?
* Menyingkap 1001 hikmah Shalat Subuh
* Puasa di Bulan Muharram
* Jual beli Saham dalam Pandangan Islam
* Kisah berita nyata tentang perjalanan Ruh
* Cara membuat baca selengkapnya secara otomatis
 
 

Islam Mengangkat Derajat Insaniyah Wanita

Islam Mengangkat Derajat Insaniyah Wanita

Kedudukan wanita di jaman jahiliah Kehidupan wanita di jaman jahilian yaitu di arab dan di dunia secara umum, adalah di dalam kehinaan dan kerendahan. Khususnya di bumi arab, para wanita dibenci kelahiran dan kehadirannya di dunia. Sehingga kelahiran bagi mereka, adalah awal dari kematian mereka. Para bayi wanita yang dilahirkan di masa itu segera di k
ubur hidup-hidup di bawah tanah. Kalaupun para wanita dibiarkan untuk terus hidup, mereka akan hidup dalam kehinaan dan tanpa kemuliaan. Perilaku jahiliyah ini diabadikan dalam firman Allah Ta’ala, yang artinya: “Ketika bayi perempuan yang dikubur hidup-hidup ditanya, karena dosa apakah dia dibunuh” (QS At Takwir : 8-9) Wanita yang sempat hidup dewasa mereka dilecehkan dan tidak memperoleh bagian dalam harta warisan. Mereka dijadikan sebagai alat pemuas nafsu para lelaki belaka. Yang ketika telah puas direguk, segera dibuang tak ada harga dan nilai. Di mas
a itu pula, para lelaki berhak menikahi banyak wanita tanpa batas, tidak mempedulikan akan keadilan dalam pernikahan.

Kedudukan wanita dalam Islam Ketika datang islam, kedudukan wanita diangkat dari bentuk-bentuk kedzaliman dan islam mengembalikan kedudukannya kepada derajat insaniyah. Seperti firman Allah Subhanallahu wa Ta’ala, yang artinya: “Wahai manusia sesungguhnya Kami menjadikan kalian dari laki-laki dan perempuan” (QS Al Hujurat : 13)

Allah menegaskan bahwa wanita berserikat dengan kaum laki-laki dalam prinsip kemanusiaan mereka. Sebagaimana mereka pun berserikat dengan laki-laki dalam hal pahala dan dosa sesuai dengan amal perbuatan mereka. “Barangsiapa yang berbuat amalan kebaikan dari laki-laki maupun perempuan dan dia adalah orang mukmin maka Kami akan hidupkan dia dalam kehidupan yang baik, dan Kami akan balasi mereka dengan yang lebih baik daripada yang mereka lakukan
(QS An Nahl : 97)

Allah pun menjadikan para wanita sebagai pemimpin di rumah tangga suaminya, sebagai pemimpin bagi anak-anak suaminya

“Wanita adalah pemimpin di dalam rumah suaminya dan akan ditanya tentang kepemimpinannya itu “

Menjaga kaum wanita pula, maka Islam membatasi poligami bagi laki-laki tidak boleh lebih dari empat. Itu pun dengan syarat kaum laki-laki harus mampu berbuat adil dalam mempergauli para wanita.

ADAB BERBICARA

ADAB BERBICARA

Saya pernah menjumpai beberapa majlis taklim, memang yang dibicarakan ilmu agama, ustadznya hafal hadits, bahkan profesor, tetapi kadang-kadang akhlaqnya tidak mencerminkan apa yang sedang dibicarakan yaitu mereka ingin menghidupkan sunnah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam. Mereka kadang masih menyalahi adab-adab dalam berbicara, yaitu :

1. Semua pembicaraan harus kebaikan, (QS 4/114, dan QS 23/3), dalam hadits nabi SAW disebutkan: “Barangsiapa yang beriman pada ALLAH dan hari akhir maka hendaklah berkata baik atau lebih baik diam.” (HR Bukhari Muslim)

2. Berbicara harus jelas dan benar, sebagaimana dalam hadits Aisyah ra: “Bahwasanya perkataan rasuluLLAH SAW itu selalu jelas sehingga bisa difahami oleh semua yang mendengar.” (HR Abu Daud)

3. Seimbang dan menjauhi bertele-tele, berdasarkan sabda nabi SAW: “Sesungguhnya orang yang paling aku benci dan paling jauh dariku nanti di hari Kiamat ialah orang yang banyak omong dan berlagak dalam berbicara.” Maka dikatakan: Wahai RasuluLLAH kami telah mengetahui artiats-tsartsarun dan mutasyaddiqun, lalu apa makna al-mutafayhiqun? Maka jawab nabi SAW: “Orang2-orang yang sombong.” (HR Tirmidzi dan dihasankannya)

4. Menghindari banyak berbicara, karena kuatir membosankan yang mendengar, sebagaimana dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Wa’il: Adalah Ibnu Mas’ud ra senantiasa mengajari kami setiap hari Kamis, maka berkata seorang lelaki: Wahai abu AbduRRAHMAN (gelar Ibnu Mas’ud)!

Seandainya anda mau mengajari kami setiap hari? Maka jawab Ibnu Mas’ud : Sesungguhnya tidak ada yang menghalangiku memenuhi keinginanmu, hanya aku kuatir membosankan kalian, karena akupun pernah meminta yang demikian pada nabi SAW dan beliau menjawab kuatir membosankan kami (HR Muttafaq ‘alaih)

5. Mengulangi kata-kata yang penting jika dibutuhkan,
dari Anas ra bahwa adalah nabi SAW jika berbicara maka beliau SAW mengulanginya 3 kali sehingga semua yang mendengarkannya menjadi faham, dan apabila beliau SAW mendatangi rumah seseorang maka beliau SAW pun mengucapkan salam 3 kali. (HR Bukhari)

6. Menghindari mengucapkan yang bathil, berdasarkan hadits nabi SAW: “Sesungguhnya seorang hamba mengucapkan satu kata yang diridhai ALLAH SWT yang ia tidak mengira yang akan mendapatkan demikian sehingga dicatat oleh ALLAH SWT keridhoan-NYA bagi orang tersebut sampai nanti hari Kiamat. Dan seorang lelaki mengucapkan satu kata yang dimurkai ALLAH SWT yang tidak dikiranya akan demikian, maka ALLAH SWT mencatatnya yang demikian itu sampai hari Kiamat.” (HR Tirmidzi dan
ia berkata hadits hasan shahih; juga diriwayatkan oleh Ibnu Majah)

7. Menjauhi perdebatan sengit, berdasarkan hadits nabi SAW:
“Tidaklah sesat suatu kaum setelah mendapatkan hidayah untuk mereka, melainkan karena terlalu banyak berdebat.” (HR Ahmad dan Tirmidzi)

Dan dalam hadits lain disebutkan sabda nabi SAW:
“Aku jamin rumah didasar surga bagi yang menghindari berdebat sekalipun ia benar, dan aku jamin rumah ditengah surga bagi yang menghindari dusta walaupun dalam bercanda, dan aku jamin rumah di puncak surga bagi yang baik akhlaqnya.” (HR Abu Daud)

8. Menjauhi kata-kata keji, mencela, melaknat, berdasarkan hadits nabi SAW: “Bukanlah seorang mu’min jika suka mencela, mela’nat dan berkata-kata keji.” (HR Tirmidzi dengan sanad shahih)

9. Menghindari banyak canda, berdasarkan hadits nabi SAW:
“Sesungguhnya seburuk-buruk orang disisi ALLAH SWT di hari Kiamat kelak ialah orang yang suka membuat manusia tertawa.” (HR Bukhari)

10. Menghindari menceritakan aib orang dan saling memanggil dengan gelar yang buruk, berdasarkan QS 49/11, juga dalam hadits nabi SAW: “Jika seorang menceritakan suatu hal padamu lalu ia pergi, maka ceritanya itu menjadi amanah bagimu untuk menjaganya.” (HR Abu Daud dan Tirmidzi dan ia menghasankannya)

11. Menghindari dusta, berdasarkan hadits nabi SAW:
“Tanda-tanda munafik itu ada 3, jika ia bicara berdusta, jika ia berjanji mengingkari dan jika diberi amanah ia khianat.” (HR Bukhari)

12. Menghindari ghibah dan mengadu domba, berdasarkan hadits nabi SAW: “Janganlah kalian saling mendengki, dan janganlah kalian saling membenci, dan janganlah kalian saling berkata-kata keji, dan janganlah kalian saling menghindari, dan janganlah kalian saling meng-ghibbah satu dengan yang lain, dan jadilah hamba-hamba ALLAH yang bersaudara.” (HR Muttafaq‘alaih)

13. Berhati-hati dan adil dalam memuji, berdasarkan hadits nabi SAW dari Abdurrahman bin abi Bakrah dari bapaknya berkata:
Ada seorang yang memuji orang lain di depan orang tersebut, maka kata nabi SAW: “Celaka kamu, kamu telah mencelakakan saudaramu! Kamu telah mencelakakan saudaramu!” (2 kali), lalu kata beliau SAW: “Jika ada seseorang ingin memuji orang lain di depannya maka katakanlah: Cukuplah si fulan, semoga ALLAH mencukupkannya, kami tidak mensucikan seorangpun disisi ALLAH, lalu barulah katakan sesuai kenyataannya.” (HR Muttafaq ‘alaih dan ini adalah lafzh Muslim)

Dan dari Mujahid dari Abu Ma’mar berkata: Berdiri seseorang memuji seorang pejabat di depan Miqdad bin Aswad secara berlebih-lebihan, maka Miqdad mengambil pasir dan menaburkannya di wajah orang itu, lalu berkata: Nabi SAW memerintahkan kami untuk menaburkan pasir di wajah
orang yang gemar memuji. (HR Muslim)

Akhlaq adalah buah dari agama itu sendiri, sehingga sangat memprihatinkan apabila masih ada ustadz atau ulama yang mendakwahkan Islam, bahkan menghidupkan sunnah tetapi masih mengabaikan akhlaq al karimah seperti yang diajarkan oleh Allah dan Rasul-Nya.

Seorang lelaki menemui Rasulullah saw dan bertanya, “Ya Rasulullah, apakah agama itu?”. Rasulullah saw menjawab, “Akhlak yang baik”. Kemudian ia mendatangi Nabi dari sebelah kanannya dan bertanya, “Ya Rasulullah, apakah agama itu?”. Nabi saw menjawab, “Akhlak yang baik”. Kemudian ia menghampiri Nabi saw dari sebelah kiri dan bertanya, “Ya Rasulullah, apakah agama itu?”. Dia bersabda, “Akhlak yang baik”. Kemudian ia mendatanginya dari sebelah kirinya dan bertanya, “Apakah agama itu?”. Rasulullah saw menoleh kepadanya dan bersabda, “Belum jugakah engkau mengerti? Agama itu akhlak yang baik”. (al-Targhib wa al-Tarhib 3:405)

Akhlak merupakan salah satu faktor kehidupan yang sangat mendasar dan vital. Hal ini dibuktikan dengan diutusnya Rasulullah saw ke muka bumi ini yang tidak lain adalah untuk menyempurnakan akhlak umat manusia, sebagimana tertuang dalam salah satu hadits Rasulullah saw yang artinya:

“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia”. (HR. Bukhari, Baihaqi, dan Hakim)

Selain itu, Rasulullah saw juga bersabda:

“Mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya.” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)

Semoga kita bisa bersabar untuk mengikuti akhlaq Rasulullah Shalallaahu ‘alaihi wa sallam dalam berbicara, agar lebih dicintai oleh Allah dan diampuni kesalahan-ksalahann kita.

“Katakanlah: Jika memang kamu cinta kepada Allah, maka ikutilah aku (Muhammad), niscaya Allah akan mencintamu juga dan akan mengampuni dosa-dosa kamu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang.” (QS Ali Imran [3]:31)

“Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar, dan tidak dianugerahkan kecuali kepada orang-orang yang mempunyai keberuntungan yang besar”. (Qs Fushilat [41]: 35).

Semoga dapat dipetik hikmahnya dan diamalkan.
Sumber : http://www.facebook.com/pages/Apple/477855078905825
..•*´`*•.♥♥.•*´`'•.¸*¤* ¸.•'´´*•.♥♥.•*´`*•.
 Baca Artikel Lainnya :
* Tawadhu adalah sifat yang mulia
* Kenikmatan dunia hanya setetes air
* Kenikmatan dunia hanya setetes air di jari
* Kisah Nyata Dua Orang Super
* Menjaga kesetiaan suami istri
* Kecantikan Iman seorang istri Shalihah
* Sebuah nasihat untuk Istri
* Kisah Seorang Pengantin
* Betulkah Imam Mahdi yang akan Mendirikan Khilafah?
* Menyingkap 1001 hikmah Shalat Subuh
* Puasa di Bulan Muharram
* Jual beli Saham dalam Pandangan Islam
* Kisah berita nyata tentang perjalanan Ruh
* Cara membuat baca selengkapnya secara otomatis

Kisah Berita Nyata Tentang Perjalanan Ruh

*~*Kisah Berita Nyata Tentang Perjalanan Ruh*~*

Bismillahirrahmanirrahim…

Dengan menyebut nama Allah Yg Maha Pemurah lagi Maha Penyayang

Pernahkah anda hadir di sisi seseorang yang tengah menghadapi sakaratul maut, hingga jasadnya dingin, terbujur kaku, tak bergerak, karena ruhnya telah berpisah dengan badan? Lalu apa perasaan anda saat itu? Adakah anda mengambil pelajaran darinya? Adakah terpikir
bahwa anda juga pasti akan menghadapi saat-saat seperti itu? Kemudian, pernahkah terlintas tanya di benak anda, ke mana ruh itu pergi setelah berpisah dengan jasad?

Hadits yang panjang dari Rasul yang mulia Shallallahu ‘alaihi wa sallam di bawah ini memberi ilmu kepada kita tentang hal itu. Sungguh ini suatu berita yang shahih (benar) dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan setiap berita yang datang darinya pasti benar adanya karena: “Tidaklah beliau berbicara dari hawa nafsunya, hanyalah yang beliau sampaikan adalah wahyu yang diwahyukan kepadanya.” (An-Najm: 3-4)

Simaklah…!

Sahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, Al-Bara` bin ‘Azib radhiyallahu ‘anhu berkisah,

“Kami keluar bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk mengantar jenazah seorang dari kalangan Anshar. Kami tiba di pemakaman dan ketika itu lahadnya sedang dipersiapkan. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam duduk. Kami pun ikut duduk di sekitar beliau dalam keadaan terdiam, tak bergerak. Seakan-akan di atas kepala kami ada burung yang kami khawatirkan terbang. Di tangan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika itu ada sebuah ranting yang digunakannya untuk mencocok-cocok tanah. Mulailah beliau melihat ke langit dan melihat ke bumi, mengangkat pandangannya dan menundukkannya sebanyak tiga kali. Kemudian bersabda,

“Hendaklah kalian meminta perlindungan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dari adzab kubur,” diucapkannya sebanyak dua atau tiga kali, lalu beliau berdoa,

“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari adzab kubur,” pinta beliau sebanyak tiga kali. Setelahnya beliau bersabda,

“Sesungguhnya seorang hamba yang mukmin apabila akan meninggalkan dunia dan menuju ke alam akhirat, turun kepadanya para malaikat dari langit. Wajah-wajah mereka putih laksana mentari. Mereka membawa kain kafan dan wangi-wangian dari surga. Mereka duduk dekat si mukmin sejauh mata memandang. Kemudian datanglah malaikat maut ‘alaihissalam hingga duduk di sisi kepala si mukmin seraya berkata,

“Wahai jiwa yang baik, keluarlah menuju ampunan dan keridhaan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.” Ruh yang baik itu pun mengalir keluar sebagaimana mengalirnya tetesan air dari mulut wadah kulit. Malaikat maut mengambilnya. (Dalam satu riwayat disebutkan: Hingga ketika keluar ruhnya dari jasadnya, seluruh malaikat di antara langit dan bumi serta seluruh malaikat yang ada di langit mendoakannya. Lalu dibukakan untuknya pintu-pintu langit. Tidak ada seorang pun malaikat yang menjaga pintu malaikat kecuali mesti berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar ruh si mukmin diangkat melewati mereka). Ketika ruh tersebut telah diambil oleh malaikat maut, tidak dibiarkan sekejap matapun berada di tangannya melainkan segera diambil oleh para malaikat yang berwajah putih. Mereka meletakkan/membungkus ruh tersebut di dalam kafan dan wangi-wangian yang mereka bawa. Dan keluarlah dari ruh tersebut wangi yang paling semerbak dari aroma wewangian yang pernah tercium di muka bumi.

Kemudian para malaikat membawa ruh tersebut naik. Tidaklah mereka melewati sekelompok malaikat kecuali mesti ditanya, “Siapakah ruh yang baik ini?”

Para malaikat yang membawanya menjawab, “Fulan bin Fulan,” disebut namanya yang paling bagus yang dulunya ketika di dunia orang-orang menamakannya dengan nama tersebut.

Demikian, hingga rombongan itu sampai ke langit dunia. Mereka pun meminta dibukakan pintu langit untuk membawa ruh tersebut. Lalu dibukakanlah pintu langit. Penghuni setiap langit turut mengantarkan ruh tersebut sampai ke langit berikutnya, hingga mereka sampai ke langit ke tujuh.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Tulislah catatan amal hamba-Ku ini di ‘Illiyin dan kembalikanlah ia ke bumi karena dari tanah mereka Aku ciptakan, ke dalam tanah mereka akan Aku kembalikan, dan dari dalam tanah mereka akan Aku keluarkan pada kali yang lain.”

Si ruh pun dikembalikan ke dalam jasadnya yang dikubur dalam bumi/tanah. Maka sungguh ia mendengar suara sandal orang-orang yang mengantarnya ke kuburnya ketika mereka pergi meninggalkannya. Lalu ia didatangi dua orang malaikat yang sangat keras hardikannya, keduanya menghardiknya, mendudukkannya lalu menanyakan padanya,

“Siapakah Rabbmu?” Ia menjawab, “Rabbku adalah Allah Subhanahu wa Ta’ala.”

Ditanya lagi, “Apa agamamu?” “Agamaku Islam,” jawabnya.

“Siapakah lelaki yang diutus di tengah kalian?” tanya dua malaikat lagi “Dia adalah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam,” jawabnya

“Apa amalmu?” pertanyaan berikutnya “Aku membaca Kitabullah, lalu aku beriman dan membenarkannya,” jawabnya.

Ini adalah fitnah/ujian yang akhir yang diperhadapkan kepada seorang mukmin. Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala mengokohkannya sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya:

“Allah menguatkan orang-orang yang beriman dengan ucapan yang tsabit/kokoh dalam kehidupan dunia dan dalam kehidupan akhirat.” (Ibrahim: 27)

Terdengarlah suara seorang penyeru dari langit yang menyerukan, “Telah benar hamba-Ku. Maka bentangkanlah untuknya permadani dari surga. Pakaikanlah ia pakaian dari surga, dan bukakan untuknya sebuah pintu ke surga!” Lalu datanglah kepada si mukmin ini wangi dan semerbaknya surga serta dilapangkan baginya kuburnya sejauh mata memandang.

Kemudian ia didatangi oleh seseorang yang berwajah bagus, berpakaian bagus dan harum baunya, seraya berkata, “Bergembiralah dengan apa yang menggembirakanmu. Inilah harimu yang pernah dijanjikan kepadamu.” Si mukmin bertanya dengan heran, “Siapakah engkau? Wajahmu merupakan wajah yang datang dengan kebaikan.” “Aku adalah amal shalihmu. Demi Allah, aku tidak mengetahui dirimu melainkan seorang yang bersegera menaati Allah Subhanahu wa Ta’ala dan lambat dalam bermaksiat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala membalasmu dengan kebaikan,” jawab yang ditanya

Kemudian dibukakan untuknya sebuah pintu surga dan sebuah pintu neraka, lalu dikatakan, “Ini adalah tempatmu seandainya engkau dulunya bermaksiat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, lalu Allah Subhanahu wa Ta’ala menggantikan bagimu dengan surga ini.” Maka bila si mukmin melihat apa yang ada dalam surga, ia pun berdoa, “Wahai Rabbku, segerakanlah datangnya hari kiamat agar aku dapat kembali kepada keluarga dan hartaku.” Dikatakan kepadanya, “Tinggallah engkau.”

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melanjutkan penuturan beliau tentang perjalanan ruh.

Beliau bersabda, “Sesungguhnya seorang hamba yang kafir (dalam satu riwayat: hamba yang fajir) apabila akan meninggalkan dunia dan menuju ke alam akhirat, turun kepadanya dari langit para malaikat yang keras, kaku, dan berwajah hitam. Mereka membawa kain yang kasar dari neraka. Mereka duduk dekat si kafir sejauh mata memandang.

Kemudian datanglah malaikat maut hingga duduk di sisi kepala si kafir seraya berkata, “Wahai jiwa yang buruk, keluarlah menuju kemurkaan dan kemarahan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.” Ruh yang buruk itu pun terpisah-pisah/berserakan dalam jasadnya, lalu ditarik oleh malaikat maut sebagaimana dicabutnya besi yang banyak cabangnya dari wol yang basah, hingga tercabik-cabik urat dan sarafnya.

Seluruh malaikat di antara langit dan bumi dan seluruh malaikat yang ada di langit melaknatnya. Pintu-pintu langit ditutup. Tidak ada seorang pun malaikat penjaga pintu kecuali berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar ruh si kafir jangan diangkat melewati mereka. Kemudian malaikat maut mengambil ruh yang telah berpisah dengan jasad tersebut, namun tidak dibiarkan sekejap mata pun berada di tangan malaikat maut melainkan segera diambil oleh para malaikat yang berwajah hitam lalu dibungkus dalam kain yang kasar.

Dan keluarlah dari ruh tersebut bau bangkai yang paling busuk yang pernah didapatkan di muka bumi. Kemudian para malaikat membawa ruh tersebut naik. Tidaklah mereka melewati sekelompok malaikat kecuali mesti ditanya, “Siapakah ruh yang buruk ini?” Para malaikat yang membawanya menjawab, “Fulan bin Fulan,” disebut namanya yang paling jelek yang dulunya ketika di dunia ia dinamakan dengannya. Demikian, hingga rombongan itu sampai ke langit dunia, mereka pun meminta dibukakan pintu langit untuk membawa ruh tersebut, namun tidak dibukakan.”

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian membaca ayat: “Tidak dibukakan untuk mereka pintu-pintu langit dan mereka tidak akan masuk ke dalam surga sampai unta bisa masuk ke lubang jarum.” (Al-A’raf: 40)

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, ‘Tulislah catatan amalnya di Sijjin, di bumi yang paling bawah.’ Lalu ruhnya dilemparkan begitu saja.”

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian membaca ayat: “Dan siapa yang menyekutukan Allah maka seakan-akan ia jatuh tersungkur dari langit lalu ia disambar oleh burung atau diempaskan oleh angin ke tempat yang jauh lagi membinasakan.” (Al-Hajj: 31)

Si ruh pun dikembalikan ke dalam jasadnya yang dikubur dalam bumi/tanah. Lalu ia didatangi dua orang malaikat yang sangat keras hardikannya. Keduanya menghardiknya, mendudukkannya dan menanyakan kepadanya,

“Siapakah Rabbmu?” Ia menjawab, “Hah… hah… Aku tidak tahu.”

Ditanya lagi, “Apa agamamu?” “Hah… hah… Aku tidak tahu,” jawabnya.

“Siapakah lelaki yang diutus di tengah kalian?” tanya dua malaikat lagi. Kembali ia menjawab, “Hah… hah… aku tidak tahu.”

Terdengarlah suara seorang penyeru dari langit yang menyerukan, “Telah dusta orang itu. Maka bentangkanlah untuknya hamparan dari neraka dan bukakan untuknya sebuah pintu ke neraka!”

Lalu datanglah kepadanya hawa panasnya neraka dan disempitkan kuburnya hingga bertumpuk-tumpuk/tumpang tindih tulang rusuknya (karena sesaknya kuburnya).

Kemudian seorang yang buruk rupa, berpakaian jelek dan berbau busuk mendatanginya seraya berkata, “Bergembiralah dengan apa yang menjelekkanmu. Inilah harimu yang pernah dijanjikan kepadamu.”

Si kafir bertanya dengan heran, “Siapakah engkau? Wajahmu merupakan wajah yang datang dengan kejelekan.” “Aku adalah amalmu yang jelek. Demi Allah, aku tidak mengetahui dirimu ini melainkan sebagai orang yang lambat untuk menaati Allah Subhanahu wa Ta’ala, namun sangat bersegera dalam bermaksiat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala membalasmu dengan kejelekan,” jawab yang ditanya.

Kemudian didatangkan kepadanya seorang yang buta, bisu lagi tuli. Di tangannya ada sebuah tongkat dari besi yang bila dipukulkan ke sebuah gunung niscaya gunung itu akan hancur menjadi debu. Lalu orang yang buta, bisu dan tuli itu memukul si kafir dengan satu pukulan hingga ia menjadi debu. Kemudian Allah Subhanahu wa Ta’ala mengembalikan jasadnya sebagaimana semula, lalu ia dipukul lagi dengan pukulan berikutnya. Ia pun menjerit dengan jeritan yang dapat didengar oleh seluruh makhluk, kecuali jin dan manusia.

Kemudian dibukakan untuknya sebuah pintu neraka dan dibentangkan hamparan neraka, maka ia pun berdoa, “Wahai Rabbku! Janganlah engkau datangkan hari kiamat.” (HR. Ahmad 4/287, 288, 295, 296, Abu Dawud no. 3212, 4753, dll, dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullahu dalam Shahih Abi Dawud dan Ahkamul Jana`iz hal. 202)

Pembaca yang mulia, maka setelah membaca pengabaran beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam di atas, masihkah tersisa angan yang panjang dalam kehidupan dunia ini?

Adakah jiwa masih berani bermaksiat kepada Rabbul ‘Izzah dan enggan untuk taat kepada-Nya?

Manakah yang menjadi pilihan saat harus menghadapi kenyataan datangnya maut menjemput: ruh diangkat dengan penuh kemuliaan ke atas langit lalu beroleh kenikmatan kekal, ataukah diempaskan dengan hina-dina lalu beroleh adzab yang pedih?

Bagi hati yang lalai, bangkit dan berbenah dirilah untuk menghadapi “hari esok” yang pasti datangnya. Adapun hati yang ingat, istiqamah-lah sampai akhir…

Sungguh hati seorang mukmin akan dicekam rasa takut disertai harap dengan berita di atas, air mata mengalir tak terasa, tangan pun tengadah memohon kepada Dzat Yang Maha Pengasih lagi Penyayang,

“Ya Allah, berilah kami taufik kepada kebaikan dan istiqamah di atasnya sampai akhir hidup kami. Jangan jadikan kami silau dan tertipu dengan kehidupan dunia yang fana hingga melupakan pertemuan dengan-Mu. Wafatkanlah kami dalam keadaan husnul khatimah. Lindungi kami dari adzab kubur dan dari siksa neraka yang amat pedih. Ya Arhamar Rahimin, berilah nikmat kepada kami dengan surga-Mu yang seluas langit dan bumi. Aamiin… Ya Rabbal ‘Alamin.”

Wallahu ta’ala a’lam bish-shawab.

Semoga tulisan sederhana ini membawa banyak manfaat bagi yang membacanya. Segala kesalahan adalah dari saya pribadi, untuk itu saya mengucapkan mohon maaf yang sebesar-besarnya. Dan kebenaran itu mutlak milik Allah Azza Wa Jalla...Wallahu Musta'an

Subhanakallahumma wabihamdika asyhadu alla ila ha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika . .
Sumber : http://www.facebook.com/pages/Apple/477855078905825

..•*´`*•.♥♥.•*´`'•.¸*¤* ¸.•'´´*•.♥♥.•*´`*•.
Baca Artikel Lainnya :
* Tawadhu adalah sifat yang mulia
* Kenikmatan dunia hanya setetes air
* Kenikmatan dunia hanya setetes air di jari
* Kisah Nyata Dua Orang Super
* Menjaga kesetiaan suami istri
* Kecantikan Iman seorang istri Shalihah
* Sebuah nasihat untuk Istri
* Kisah Seorang Pengantin
* Betulkah Imam Mahdi yang akan Mendirikan Khilafah?
* Menyingkap 1001 hikmah Shalat Subuh
* Puasa di Bulan Muharram
* Jual beli Saham dalam Pandangan Islam
* Cara membuat baca selengkapnya secara otomatis pada Blog

Tawadhu adalah sifat yang mulia

TAWADHU ADALAH SIFAT YG MULIA

Tawadhu’ adalah sifat yg amat mulia, namun sedikit orang yang memilikinya. Ketika orang sudah memiliki gelar yang mentereng, berilmu tinggi, memiliki harta yang mulia, sedikit yang memiliki sifat kerendahan hati, alias tawadhu’. Padahal kita seharusnya seperti ilmu padi, yaitu “kian berisi, kian merunduk”.

● Tawadhu’ adlh ridho jika dianggap mempunyai kedudukan lebih rendah dari yg sepantasnya. Tawadhu’ merupakan sikap pertengahan antara sombong dan melecehkan diri. Sombong artinya mengangkat diri trlalu tinggi hingga lbih dri yg semestinya. Sedangkan melecehkan yg dimaksud adalh menempatkan diri terlalu rendah sehingga sampai pada pelecehan hak (Lihat Adz Dzari’ah ila Makarim Asy Syari’ah, Ar Roghib Al Ash-fahani, 299).

● Ibnu Hajar berkata, “Tawadhu’ adalah menampakkan diri lebih rendah pada orang yg ingin mengagungkannya. Ada pula yang mengatakan bahwa tawadhu’ adalah memuliakan orang yg lebih mulia darinya.” (Fathul Bari, 11: 341)

❀ NASIHAT PARA ULAMA TNTANG TAWADHU'

► Al Hasan Al Bashri berkata, “Tahukah kalian apa itu tawadhu’? Tawadhu’ adalah engkau keluar dari kediamanmu lantas engkau bertemu seorang muslim. Kemudian engkau merasa bahwa ia lebih mulia darimu.”

► Imam Asy Syafi’i berkata, “Orang yang paling tinggi kedudukannya adalah orang yang tidak pernah menampakkan kedudukannya. Dan orang yang paling mulia adalah orang yang tidak pernah menampakkan kemuliannya.” (Syu’abul Iman, Al Baihaqi, 6: 304)

► Basyr bin Al Harits berkata, “Aku tidaklah pernah melihat orang kaya yang duduk di tengah-tengah orang fakir.” Yang bisa melakukan demikian tentu yang memiliki sifat tawadhu’.

►‘Abdullah bin Al Mubarrok berkata, “Puncak dari tawadhu’ adalah engkau meletakkan dirimu di bawah orang yang lebih rendah darimu dalam nikmat Allah, sampai-sampai engkau memberitahukannya bahwa engkau tidaklah semulia dirinya.” (Syu’abul Iman, Al Baihaqi, 6: 298)

► Sufyan bin ‘Uyainah berkata, “Siapa yang maksiatnya karena syahwat, maka taubat akan membebaskan dirinya. Buktinya saja Nabi Adam ‘alaihis salam bermaksiat karena nafsu syahwatnya, lalu ia bersitighfar (memohon ampun pada Allah), Allah pun akhirnya mengampuninya. Namun, jika siapa yang maksiatnya karena sifat sombong (lawan dari tawadhu’), khawatirlah karena laknat Allah akan menimpanya. Ingatlah bahwa Iblis itu bermaksiat karena sombong (takabbur), lantas Allah pun melaknatnya.”

► Abu Bakr Ash Shiddiq berkata, “Kami dapati kemuliaan itu datang dari sifat takwa, qona’ah (merasa cukup) muncul karena yakin (pada apa yang ada di sisi Allah), dan kedudukan mulia didapati dari sifat tawadhu’.”

► ‘Urwah bin Al Warid berkata, “Tawadhu’ adalah salah satu jalan menuju kemuliaan. Setiap nikmat pasti ada yang merasa iri kecuali pada sifat tawadhu’.”

► Ziyad An Numari berkata, “Orang yang zuhud namun tidak memiliki sifat tawadhu adalah seperti pohon yang tidak berbuah.”[1]
Ya Allah, muliakanlah kami dengan sifat tawadhu’ dan jauhkanlah kami dari sifat sombong.

“Allahummah-diinii li-ahsanil akhlaaqi, laa yahdi li-ahsaniha illa anta (Ya Allah, tunjukilah padaku akhlaq yang baik. Tidak ada yang dapat menunjuki pada baiknya akhlaq tersebut kecuali Engkau)” (HR. Muslim no. 771).
 Sumber : http://www.facebook.com/MutiaraAirMataMuslimah 
..•*´`*•.♥♥.•*´`'•.¸*¤* ¸.•'´´*•.♥♥.•*´`*•.
Baca Artikel Lainnya :
* Tawadhu adalah sifat yang mulia
* Kenikmatan dunia hanya setetes air * Kenikmatan dunia hanya setetes air di jari
* Kisah Nyata Dua Orang Super
* Menjaga kesetiaan suami istri


* Kecantikan Iman seorang istri Shalihah

* Sebuah nasihat untuk Istri
* Kisah Seorang Pengantin
* Betulkah Imam Mahdi yang akan Mendirikan Khilafah?
* Menyingkap 1001 hikmah Shalat Subuh
* Puasa di Bulan Muharram
* Jual beli Saham dalam Pandangan Islam
* Kisah berita nyata tentang perjalanan Ruh
* Cara membuat baca selengkapnya secara otomatis