TAWADHU ADALAH SIFAT YG MULIA
Tawadhu’ adalah sifat yg amat mulia, namun sedikit orang yang
memilikinya. Ketika orang sudah memiliki gelar yang mentereng, berilmu
tinggi, memiliki harta yang mulia, sedikit yang memiliki sifat
kerendahan hati, alias tawadhu’. Padahal kita seharusnya seperti ilmu
padi, yaitu “kian berisi, kian merunduk”.
● Tawadhu’ adlh
ridho jika dianggap mempunyai kedudukan lebih rendah dari yg
sepantasnya. Tawadhu’ merupakan sikap pertengahan antara sombong dan
melecehkan diri. Sombong artinya mengangkat diri trlalu tinggi hingga
lbih dri yg semestinya. Sedangkan melecehkan yg dimaksud adalh
menempatkan diri terlalu rendah sehingga sampai pada pelecehan hak
(Lihat Adz Dzari’ah ila Makarim Asy Syari’ah, Ar Roghib Al Ash-fahani,
299).
● Ibnu Hajar berkata, “Tawadhu’ adalah menampakkan diri
lebih rendah pada orang yg ingin mengagungkannya. Ada pula yang
mengatakan bahwa tawadhu’ adalah memuliakan orang yg lebih mulia
darinya.” (Fathul Bari, 11: 341)
❀ NASIHAT PARA ULAMA TNTANG TAWADHU'
► Al Hasan Al Bashri berkata, “Tahukah kalian apa itu tawadhu’?
Tawadhu’ adalah engkau keluar dari kediamanmu lantas engkau bertemu
seorang muslim. Kemudian engkau merasa bahwa ia lebih mulia darimu.”
► Imam Asy Syafi’i berkata, “Orang yang paling tinggi kedudukannya
adalah orang yang tidak pernah menampakkan kedudukannya. Dan orang yang
paling mulia adalah orang yang tidak pernah menampakkan kemuliannya.”
(Syu’abul Iman, Al Baihaqi, 6: 304)
► Basyr bin Al Harits
berkata, “Aku tidaklah pernah melihat orang kaya yang duduk di
tengah-tengah orang fakir.” Yang bisa melakukan demikian tentu yang
memiliki sifat tawadhu’.
►‘Abdullah bin Al Mubarrok berkata,
“Puncak dari tawadhu’ adalah engkau meletakkan dirimu di bawah orang
yang lebih rendah darimu dalam nikmat Allah, sampai-sampai engkau
memberitahukannya bahwa engkau tidaklah semulia dirinya.” (Syu’abul
Iman, Al Baihaqi, 6: 298)
► Sufyan bin ‘Uyainah berkata, “Siapa
yang maksiatnya karena syahwat, maka taubat akan membebaskan dirinya.
Buktinya saja Nabi Adam ‘alaihis salam bermaksiat karena nafsu
syahwatnya, lalu ia bersitighfar (memohon ampun pada Allah), Allah pun
akhirnya mengampuninya. Namun, jika siapa yang maksiatnya karena sifat
sombong (lawan dari tawadhu’), khawatirlah karena laknat Allah akan
menimpanya. Ingatlah bahwa Iblis itu bermaksiat karena sombong
(takabbur), lantas Allah pun melaknatnya.”
► Abu Bakr Ash
Shiddiq berkata, “Kami dapati kemuliaan itu datang dari sifat takwa,
qona’ah (merasa cukup) muncul karena yakin (pada apa yang ada di sisi
Allah), dan kedudukan mulia didapati dari sifat tawadhu’.”
►
‘Urwah bin Al Warid berkata, “Tawadhu’ adalah salah satu jalan menuju
kemuliaan. Setiap nikmat pasti ada yang merasa iri kecuali pada sifat
tawadhu’.”
► Ziyad An Numari berkata, “Orang yang zuhud namun tidak memiliki sifat tawadhu adalah seperti pohon yang tidak berbuah.”[1]
Ya Allah, muliakanlah kami dengan sifat tawadhu’ dan jauhkanlah kami dari sifat sombong.
“Allahummah-diinii li-ahsanil akhlaaqi, laa yahdi li-ahsaniha illa anta
(Ya Allah, tunjukilah padaku akhlaq yang baik. Tidak ada yang dapat
menunjuki pada baiknya akhlaq tersebut kecuali Engkau)” (HR. Muslim no.
771).
Sumber : http://www.facebook.com/MutiaraAirMataMuslimah
..•*´`*•.♥♥.•*´`'•.¸*¤* ¸.•'´´*•.♥♥.•*´`*•.
Baca Artikel Lainnya :
*
Tawadhu adalah sifat yang mulia
*
Kenikmatan dunia hanya setetes air
*
Kenikmatan dunia hanya setetes air di jari
*
Kisah Nyata Dua Orang Super
*
Menjaga kesetiaan suami istri
*
Kecantikan
Iman seorang istri Shalihah
*
Sebuah nasihat untuk Istri
*
Kisah Seorang Pengantin
*
Betulkah Imam Mahdi yang akan Mendirikan Khilafah?
*
Menyingkap 1001 hikmah Shalat Subuh
*
Puasa di Bulan Muharram
*
Jual beli Saham dalam Pandangan Islam
*
Kisah berita nyata tentang perjalanan Ruh
*
Cara membuat baca selengkapnya secara otomatis