Rabu 14 Safar 1435 / 18 December 2013 20:10
Oleh : R. Marfu Muhyiddin Ilyas, MA
“SEBENARNYA, pelajaran agama di sekolah itu cukup satu mata pelajaran saja yaitu, Sirah Nabi.” Demikian
statetemen seorang guru besar pendidikan Islam yang masih terekam dalam
ingatan penulis saat dulu menempuh pendidikan pasca sarjana. Tentu
statemen sang profesor menuai kontroversi dari sejumlah teman yang
mengikuti perkuliahan. Bagaimana dengan pelajaran tauhid, fiqih, akhlak
dan yang lainnya?
Statemen kontroversial di atas sebenarnya bukan dalam konteks
pengabaian atau penolakan terhadap mata pelajaran lain dalam mengkaji
ilmu-ilmu keislaman. Sebaliknya, statemen itu justru tentang pentingnya
mempelajari sejarah Nabi Muhammad saw. Sejarah Nabi saw atau lebih
dikenal sirah nabawiyah sejatinya memang merangkum keseluruhan
ajaran Islam, sebab diri Nabi adalah manifestasi atau perwujudan dari
Islam itu sendiri. Jadi dengan mempelajari sejarah Nabi, sejatinya kita
sedang mempelajari Islam.
Ini pulalah argumen pertama yang dibangun Muhamad bin Muhamad
Al-Awaji ketika memaparkan urgensi mengkaji sejarah hidup Muhammad saw.
Dalam Ahamiyyah Dirasah As-Sirah An-Nabawiyah wa Al-Inayah biha fi Hayaat Al-Muslimin, Al-Awajymenegaskan bahwa Sirah Nabawiyyah adalah sumber yang mutlak dikaji oleh siapa pun yang ingin menguasai ilmu-ilmu syariat.
Mempelajari sejarah Nabi Muhammad saw juga menjadi sangat penting
dalam membangun pondasi keimanan yang kokoh. Dari kajian terhadap
sejarah hidup dan perjalanan dakwah Nabi Muhammad saw, setiap muslim
akan mengetahui bahwa aspek akidah dan tauihid adalah prioritas pertama
dari dakwah Nabi saw. Tentu saja dakwah Nabi bukan hanya urusan tauhid,
tetapi tauhid menjadi pilar semua elemen kehidupan masyarakat yang
dibangun oleh Nabi saw. Dari sudut pandang ini, dapat disimpulkan bahwa
mempelajari sejarah hidup Nabi saw adalah salah satu cara yang efeketif
untuk menumbuhkan dan memperkuat keimanan dan komitmen keislaman.
Selain karena menunjang penguasaan terhadap ilmu-ilmu keislaman dan
penguatan keimanan, mempelajari sejarah Nabi saw juga penting sebab
berkaitan dengan bagaimana seseorang menyampaikan dan mengajarkan Islam
kepada orang lain. Perjalanan hidup Nabi saw adalah gambar paling akurat
dan rujukan paling tepat bagaimana Islam diajarkan dan disebarluaskan.
Bagi para da’i, mubaligh, penceramah, dan guru, aspek ini menjadi sangat
penting. Mempelajari sejarah hidup Nabi saw akan memberikan banyak
pelajaran, bimbingan, dan inspirasi tentang cara mengemas Islam agar
tidak sekadar bisa disampaikan, tetapi juga efektif menghasilkan
perubahan.
Lalu bagaimana dengan cara efektif mempelajari Sirah Nabawiyah itu?
Wahid bin Abdus Salam Bali menawarkan 4 fase dalam mempelajarai sejarah kehidupan Nabi saw. Fase pertama adalah Ta’sis, yaitu
pembentukan dasar dan prinsip dalam mengenal Nabi saw. Pada fase ini,
setiap peristiwa penting dalam kehidupan Nabi saw harus diingat dengan
baik dengan berurutan secara kronologis. Kitab-kitab rangkuman atau khulashah cocok dijadikan referensi untuk mencapai target di fase ini.
Fase kedua adalah Tashwir, yaitu pemahaman secara mendalam
terhadapa setiap peristiwa dalam kehidupan Nabi. Kajian sejarah
kehidupan Nabi saw terfokus pada satu referensi utama yang membahas
fase-fase kehidupan Nabi secara kronologis-historis dengan informasi
yang cukup lengkap. Kitab Ar-Rahiiq Al-Makhtum yang ditulis oleh Al-Mubarakfury adalah salah satu referensi yang cocok untuk fase ini.
Fase ketiga oleh Wahid Abdus Salam Bali disebut dengan Tahlil. Pada
fase ini, seorang muslim bukan hanya mengenal peristiwa dalam sejarah
kehidupan Nabi saw, tetapi juga melakukan analisis terhadap peristiwa
tersebut untuk menemukan nilai-nilai kehidupan yang relevan dengan
kehidupan sekarang. Pada fase inilah mempelajari sirah nabawiyah efektif mewariskan karakter. Zaadul Ma’ad karya Ibnul Qayyim adalah contoh referensi yang sesuai untuk fase ini.
Pada puncaknya, mempelajari Sirah Nabawiyah harus sampai pada fase Takhshish.
Fase ini dilakukan dengan melakukan studi yang komprehensif terhadap
setiap peristiwa dalam sejarah hidup Nabi saw. Studi dilakukan dengan
mengkaji satu peristiwa secara cross reference yang melibatkan
berbagai referensi primer kitab-kitab yang membahas kehidupan Nabi saw.
Perihal kelahiran Nabi saw misalnya, dikaji secara komprehensif dan
mendalam melalui Sirah Ibn Hisyam, Tarikh At-Thabary, Ath-Thabaqat Al-Kubra karyaIbn Sa’ad, dan Al-Bidayah wa An-Nihayah karya Ibn Katsir. []
Sumber :