*~*Kisah Berita Nyata Tentang Perjalanan Ruh*~*
Bismillahirrahmanirrahim…
Dengan menyebut nama Allah Yg Maha Pemurah lagi Maha Penyayang
Pernahkah anda hadir di sisi seseorang yang tengah menghadapi sakaratul
maut, hingga jasadnya dingin, terbujur kaku, tak bergerak, karena
ruhnya telah berpisah dengan badan? Lalu apa perasaan anda saat itu?
Adakah anda mengambil pelajaran darinya? Adakah terpikir
bahwa anda juga pasti akan menghadapi saat-saat seperti itu? Kemudian,
pernahkah terlintas tanya di benak anda, ke mana ruh itu pergi setelah
berpisah dengan jasad?
Hadits yang panjang dari Rasul yang
mulia Shallallahu ‘alaihi wa sallam di bawah ini memberi ilmu kepada
kita tentang hal itu. Sungguh ini suatu berita yang shahih (benar) dari
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan setiap berita yang datang
darinya pasti benar adanya karena: “Tidaklah beliau berbicara dari hawa
nafsunya, hanyalah yang beliau sampaikan adalah wahyu yang diwahyukan
kepadanya.” (An-Najm: 3-4)
Simaklah…!
Sahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, Al-Bara` bin ‘Azib radhiyallahu ‘anhu berkisah,
“Kami keluar bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk
mengantar jenazah seorang dari kalangan Anshar. Kami tiba di pemakaman
dan ketika itu lahadnya sedang dipersiapkan. Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam duduk. Kami pun ikut duduk di sekitar beliau dalam
keadaan terdiam, tak bergerak. Seakan-akan di atas kepala kami ada
burung yang kami khawatirkan terbang. Di tangan Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam ketika itu ada sebuah ranting yang digunakannya untuk
mencocok-cocok tanah. Mulailah beliau melihat ke langit dan melihat ke
bumi, mengangkat pandangannya dan menundukkannya sebanyak tiga kali.
Kemudian bersabda,
“Hendaklah kalian meminta perlindungan
kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dari adzab kubur,” diucapkannya
sebanyak dua atau tiga kali, lalu beliau berdoa,
“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari adzab kubur,” pinta beliau sebanyak tiga kali. Setelahnya beliau bersabda,
“Sesungguhnya seorang hamba yang mukmin apabila akan meninggalkan dunia
dan menuju ke alam akhirat, turun kepadanya para malaikat dari langit.
Wajah-wajah mereka putih laksana mentari. Mereka membawa kain kafan dan
wangi-wangian dari surga. Mereka duduk dekat si mukmin sejauh mata
memandang. Kemudian datanglah malaikat maut ‘alaihissalam hingga duduk
di sisi kepala si mukmin seraya berkata,
“Wahai jiwa yang baik,
keluarlah menuju ampunan dan keridhaan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.”
Ruh yang baik itu pun mengalir keluar sebagaimana mengalirnya tetesan
air dari mulut wadah kulit. Malaikat maut mengambilnya. (Dalam satu
riwayat disebutkan: Hingga ketika keluar ruhnya dari jasadnya, seluruh
malaikat di antara langit dan bumi serta seluruh malaikat yang ada di
langit mendoakannya. Lalu dibukakan untuknya pintu-pintu langit. Tidak
ada seorang pun malaikat yang menjaga pintu malaikat kecuali mesti
berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar ruh si mukmin diangkat
melewati mereka). Ketika ruh tersebut telah diambil oleh malaikat maut,
tidak dibiarkan sekejap matapun berada di tangannya melainkan segera
diambil oleh para malaikat yang berwajah putih. Mereka
meletakkan/membungkus ruh tersebut di dalam kafan dan wangi-wangian yang
mereka bawa. Dan keluarlah dari ruh tersebut wangi yang paling semerbak
dari aroma wewangian yang pernah tercium di muka bumi.
Kemudian para malaikat membawa ruh tersebut naik. Tidaklah mereka
melewati sekelompok malaikat kecuali mesti ditanya, “Siapakah ruh yang
baik ini?”
Para malaikat yang membawanya menjawab, “Fulan bin
Fulan,” disebut namanya yang paling bagus yang dulunya ketika di dunia
orang-orang menamakannya dengan nama tersebut.
Demikian, hingga
rombongan itu sampai ke langit dunia. Mereka pun meminta dibukakan
pintu langit untuk membawa ruh tersebut. Lalu dibukakanlah pintu langit.
Penghuni setiap langit turut mengantarkan ruh tersebut sampai ke langit
berikutnya, hingga mereka sampai ke langit ke tujuh.
Allah
Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Tulislah catatan amal hamba-Ku ini di
‘Illiyin dan kembalikanlah ia ke bumi karena dari tanah mereka Aku
ciptakan, ke dalam tanah mereka akan Aku kembalikan, dan dari dalam
tanah mereka akan Aku keluarkan pada kali yang lain.”
Si ruh
pun dikembalikan ke dalam jasadnya yang dikubur dalam bumi/tanah. Maka
sungguh ia mendengar suara sandal orang-orang yang mengantarnya ke
kuburnya ketika mereka pergi meninggalkannya. Lalu ia didatangi dua
orang malaikat yang sangat keras hardikannya, keduanya menghardiknya,
mendudukkannya lalu menanyakan padanya,
“Siapakah Rabbmu?” Ia menjawab, “Rabbku adalah Allah Subhanahu wa Ta’ala.”
Ditanya lagi, “Apa agamamu?” “Agamaku Islam,” jawabnya.
“Siapakah lelaki yang diutus di tengah kalian?” tanya dua malaikat lagi
“Dia adalah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam,” jawabnya
“Apa amalmu?” pertanyaan berikutnya “Aku membaca Kitabullah, lalu aku beriman dan membenarkannya,” jawabnya.
Ini adalah fitnah/ujian yang akhir yang diperhadapkan kepada seorang
mukmin. Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala mengokohkannya sebagaimana
disebutkan dalam firman-Nya:
“Allah menguatkan orang-orang yang
beriman dengan ucapan yang tsabit/kokoh dalam kehidupan dunia dan dalam
kehidupan akhirat.” (Ibrahim: 27)
Terdengarlah suara seorang
penyeru dari langit yang menyerukan, “Telah benar hamba-Ku. Maka
bentangkanlah untuknya permadani dari surga. Pakaikanlah ia pakaian dari
surga, dan bukakan untuknya sebuah pintu ke surga!” Lalu datanglah
kepada si mukmin ini wangi dan semerbaknya surga serta dilapangkan
baginya kuburnya sejauh mata memandang.
Kemudian ia didatangi
oleh seseorang yang berwajah bagus, berpakaian bagus dan harum baunya,
seraya berkata, “Bergembiralah dengan apa yang menggembirakanmu. Inilah
harimu yang pernah dijanjikan kepadamu.” Si mukmin bertanya dengan
heran, “Siapakah engkau? Wajahmu merupakan wajah yang datang dengan
kebaikan.” “Aku adalah amal shalihmu. Demi Allah, aku tidak mengetahui
dirimu melainkan seorang yang bersegera menaati Allah Subhanahu wa
Ta’ala dan lambat dalam bermaksiat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala membalasmu dengan kebaikan,” jawab yang
ditanya
Kemudian dibukakan untuknya sebuah pintu surga dan
sebuah pintu neraka, lalu dikatakan, “Ini adalah tempatmu seandainya
engkau dulunya bermaksiat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, lalu Allah
Subhanahu wa Ta’ala menggantikan bagimu dengan surga ini.” Maka bila si
mukmin melihat apa yang ada dalam surga, ia pun berdoa, “Wahai Rabbku,
segerakanlah datangnya hari kiamat agar aku dapat kembali kepada
keluarga dan hartaku.” Dikatakan kepadanya, “Tinggallah engkau.”
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melanjutkan penuturan beliau tentang perjalanan ruh.
Beliau bersabda, “Sesungguhnya seorang hamba yang kafir (dalam satu
riwayat: hamba yang fajir) apabila akan meninggalkan dunia dan menuju ke
alam akhirat, turun kepadanya dari langit para malaikat yang keras,
kaku, dan berwajah hitam. Mereka membawa kain yang kasar dari neraka.
Mereka duduk dekat si kafir sejauh mata memandang.
Kemudian
datanglah malaikat maut hingga duduk di sisi kepala si kafir seraya
berkata, “Wahai jiwa yang buruk, keluarlah menuju kemurkaan dan
kemarahan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.” Ruh yang buruk itu pun
terpisah-pisah/berserakan dalam jasadnya, lalu ditarik oleh malaikat
maut sebagaimana dicabutnya besi yang banyak cabangnya dari wol yang
basah, hingga tercabik-cabik urat dan sarafnya.
Seluruh
malaikat di antara langit dan bumi dan seluruh malaikat yang ada di
langit melaknatnya. Pintu-pintu langit ditutup. Tidak ada seorang pun
malaikat penjaga pintu kecuali berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala
agar ruh si kafir jangan diangkat melewati mereka. Kemudian malaikat
maut mengambil ruh yang telah berpisah dengan jasad tersebut, namun
tidak dibiarkan sekejap mata pun berada di tangan malaikat maut
melainkan segera diambil oleh para malaikat yang berwajah hitam lalu
dibungkus dalam kain yang kasar.
Dan keluarlah dari ruh
tersebut bau bangkai yang paling busuk yang pernah didapatkan di muka
bumi. Kemudian para malaikat membawa ruh tersebut naik. Tidaklah mereka
melewati sekelompok malaikat kecuali mesti ditanya, “Siapakah ruh yang
buruk ini?” Para malaikat yang membawanya menjawab, “Fulan bin Fulan,”
disebut namanya yang paling jelek yang dulunya ketika di dunia ia
dinamakan dengannya. Demikian, hingga rombongan itu sampai ke langit
dunia, mereka pun meminta dibukakan pintu langit untuk membawa ruh
tersebut, namun tidak dibukakan.”
Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam kemudian membaca ayat: “Tidak dibukakan untuk mereka
pintu-pintu langit dan mereka tidak akan masuk ke dalam surga sampai
unta bisa masuk ke lubang jarum.” (Al-A’raf: 40)
Allah
Subhanahu wa Ta’ala berfirman, ‘Tulislah catatan amalnya di Sijjin, di
bumi yang paling bawah.’ Lalu ruhnya dilemparkan begitu saja.”
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian membaca ayat: “Dan
siapa yang menyekutukan Allah maka seakan-akan ia jatuh tersungkur dari
langit lalu ia disambar oleh burung atau diempaskan oleh angin ke tempat
yang jauh lagi membinasakan.” (Al-Hajj: 31)
Si ruh pun
dikembalikan ke dalam jasadnya yang dikubur dalam bumi/tanah. Lalu ia
didatangi dua orang malaikat yang sangat keras hardikannya. Keduanya
menghardiknya, mendudukkannya dan menanyakan kepadanya,
“Siapakah Rabbmu?” Ia menjawab, “Hah… hah… Aku tidak tahu.”
Ditanya lagi, “Apa agamamu?” “Hah… hah… Aku tidak tahu,” jawabnya.
“Siapakah lelaki yang diutus di tengah kalian?” tanya dua malaikat lagi. Kembali ia menjawab, “Hah… hah… aku tidak tahu.”
Terdengarlah suara seorang penyeru dari langit yang menyerukan, “Telah
dusta orang itu. Maka bentangkanlah untuknya hamparan dari neraka dan
bukakan untuknya sebuah pintu ke neraka!”
Lalu datanglah
kepadanya hawa panasnya neraka dan disempitkan kuburnya hingga
bertumpuk-tumpuk/tumpang tindih tulang rusuknya (karena sesaknya
kuburnya).
Kemudian seorang yang buruk rupa, berpakaian jelek
dan berbau busuk mendatanginya seraya berkata, “Bergembiralah dengan apa
yang menjelekkanmu. Inilah harimu yang pernah dijanjikan kepadamu.”
Si kafir bertanya dengan heran, “Siapakah engkau? Wajahmu merupakan
wajah yang datang dengan kejelekan.” “Aku adalah amalmu yang jelek. Demi
Allah, aku tidak mengetahui dirimu ini melainkan sebagai orang yang
lambat untuk menaati Allah Subhanahu wa Ta’ala, namun sangat bersegera
dalam bermaksiat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Semoga Allah
Subhanahu wa Ta’ala membalasmu dengan kejelekan,” jawab yang ditanya.
Kemudian didatangkan kepadanya seorang yang buta, bisu lagi tuli. Di
tangannya ada sebuah tongkat dari besi yang bila dipukulkan ke sebuah
gunung niscaya gunung itu akan hancur menjadi debu. Lalu orang yang
buta, bisu dan tuli itu memukul si kafir dengan satu pukulan hingga ia
menjadi debu. Kemudian Allah Subhanahu wa Ta’ala mengembalikan jasadnya
sebagaimana semula, lalu ia dipukul lagi dengan pukulan berikutnya. Ia
pun menjerit dengan jeritan yang dapat didengar oleh seluruh makhluk,
kecuali jin dan manusia.
Kemudian dibukakan untuknya sebuah
pintu neraka dan dibentangkan hamparan neraka, maka ia pun berdoa,
“Wahai Rabbku! Janganlah engkau datangkan hari kiamat.” (HR. Ahmad
4/287, 288, 295, 296, Abu Dawud no. 3212, 4753, dll, dishahihkan
Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullahu dalam Shahih Abi Dawud dan Ahkamul
Jana`iz hal. 202)
Pembaca yang mulia, maka setelah membaca
pengabaran beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam di atas, masihkah
tersisa angan yang panjang dalam kehidupan dunia ini?
Adakah jiwa masih berani bermaksiat kepada Rabbul ‘Izzah dan enggan untuk taat kepada-Nya?
Manakah yang menjadi pilihan saat harus menghadapi kenyataan datangnya
maut menjemput: ruh diangkat dengan penuh kemuliaan ke atas langit lalu
beroleh kenikmatan kekal, ataukah diempaskan dengan hina-dina lalu
beroleh adzab yang pedih?
Bagi hati yang lalai, bangkit dan
berbenah dirilah untuk menghadapi “hari esok” yang pasti datangnya.
Adapun hati yang ingat, istiqamah-lah sampai akhir…
Sungguh
hati seorang mukmin akan dicekam rasa takut disertai harap dengan berita
di atas, air mata mengalir tak terasa, tangan pun tengadah memohon
kepada Dzat Yang Maha Pengasih lagi Penyayang,
“Ya Allah,
berilah kami taufik kepada kebaikan dan istiqamah di atasnya sampai
akhir hidup kami. Jangan jadikan kami silau dan tertipu dengan kehidupan
dunia yang fana hingga melupakan pertemuan dengan-Mu. Wafatkanlah kami
dalam keadaan husnul khatimah. Lindungi kami dari adzab kubur dan dari
siksa neraka yang amat pedih. Ya Arhamar Rahimin, berilah nikmat kepada
kami dengan surga-Mu yang seluas langit dan bumi. Aamiin… Ya Rabbal
‘Alamin.”
Wallahu ta’ala a’lam bish-shawab.
Semoga
tulisan sederhana ini membawa banyak manfaat bagi yang membacanya.
Segala kesalahan adalah dari saya pribadi, untuk itu saya mengucapkan
mohon maaf yang sebesar-besarnya. Dan kebenaran itu mutlak milik Allah
Azza Wa Jalla...Wallahu Musta'an
Subhanakallahumma wabihamdika
asyhadu alla ila ha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika . .
Sumber : http://www.facebook.com/pages/Apple/477855078905825
..•*´`*•.♥♥.•*´`'•.¸*¤* ¸.•'´´*•.♥♥.•*´`*•.