.... KISAH LELAKI SEJATI ....
Bismillahir-Rahmaanir-Rahim ... Kisah ini terjadi pada masa khalifah
Umar bin Khattab ra. Ada seorang pemuda kaya hendak pergi ke Makkah
untuk melaksanakan ibadah umrah. Dia mempersiapkan segala perbekalannya,
termasuk unta yang akan digunakan sebagai kendaraannya. Setelah semua
dirasa siap, diapun memulai perjalanannya.
Ditengah perjalanan,
dia menemukan sebuah tempat yang ditumbuhi rumput hijau nan segar. Dia
berhenti di tempat itu untuk beristirahat sejenak. Pemuda itu duduk
dibawah pohon. Akhirnya, dia terlelap dalam tidurnya yang nyenyak.
Saat dia tidur, tali untanya lepas, sehingga unta itu pergi kesana
kemari. Akhirnya unta itu masuk ke kebun yang ada di dekat situ. Unta
itu memakan tanam-tanaman dan buah-buahan di dalam kebun. Dia juga
merusak segala yang dilewatinya.
Penjaga kebun itu adalah
seorang kakek yang sudah tua. Sang kakek berusaha mengusir unta itu.
Namun dia tidak bisa. Karena khawatir unta itu akan merusak seluruh
kebunnya, lalu sang kakek membunuhnya.
Ketika bangun, pemuda
itu mencari untanya. Ternyata, dia menemukan unta itu telah tergeletak
mati dengan leher menganga di dalam kebun. Pada saat itu seorang kakek
datang.
Pemuda itu bertanya, ”Siapa yang membunuh unta ini?”
Kakek itu menceritakan apa yang telah dilakukan oleh unta itu. Karena
kuatir akan merusak seluruh isi kebun, terpaksa dia membunuhnya.
Mendengar hal itu, sang pemuda sangat marah hingga tak terkendalikan.
Serta merta dia memukul kakek penjaga kebun itu. Nasnya, kakek itu
meninggal seketika. Pemuda itu menyesal atas apa yang diperbuatnya. Dia
berniat kabur.
Saat itu, datanglah dua orang anak sang kakek
tadi. Mengetahui ayahnya telah tergeletak tidak bernyawa dan
disebelahnya berdiri pemuda itu, mereka lalu menangkapnya.
Kemudian, keduanya membawa pemdua itu untuk menghadap Amirul Mukminin;
Khalifah Uman bin Khattab ra. Mereka berdua menuntut dilaksanakan
qishash kepada pemuda yang telah membunuh ayah mereka. Lalu, Umar
bertanya kepada pemuda itu. pemuda itu mengakui pebuatannya. Dia
benar-benar menyesal atas apa yang dilakukannya.
Umar berkata, ”Aku tidak punya pilihan lain kecuali melaksanakan hukum Allah.”
Seketika itu, sang pemuda meminta kepada Umar, agar dia diberi waktu
dua hari untuk pergi ke kampungnya, sehingga dia bisa membayar
hutang-hutangnya.
Umar bin Khattab berkata, ”Hadirkan padaku
orang yang menjamin, bahwa kau akan kembali lagi kesini. Jika kau tidak
kembali, orang itu yang akan diqishash sebagai ganti dirimu.”
Pemuda itu menjawab, ”Aku orang asing di negeri ini, Amirul Mukminin, aku tidak bis mendatangkan seorang penjamin.”
Sahabat Abu Dzar ra yang saat itu hadir disitu berkata, ”Hai Amirul
Mukminin, ini kepalaku, aku berikan kepadamu jika pemuda ini tidak
datang lagi setelah dua hari.”
Dengan terkejut, Umar bin Khattab berkata, ”Apakah kau yang menjadi penjaminnya, wahai Abu Dzar…wahai sahabat Rasulullah?”
”Benar, Amirul Mukminin,” jawab Abu Dzar lantang.
Pada hari yang telah ditetapkan untuk pelaksanaan hukuman qishash,
orang-orang menantikan datangnya pemuda itu. Sangat mengejutkan! Dari
jauh sekonyong-konyong meeka melihat pemuda itu datang dengan memacu
kudanya. Sampai akhirnya, dia sampai di tempat pelaksanaan hukuman.
Orang-orang memandang dengan rasa takjub.
Umar bertanya kepada
pemuda itu, ”Mengapa kau kembali lagi kesini wahai anak muda, padahal
kau bisa menyelamatkan diri dari maut?”Pemuda itu menjawab, ”Wahai
Amirul Mukiminin, aku datang kesini agar jangan sampai orang-orang
berkata, ’tidak ada lagi orang yang menepati janji dikalangan orang
islam’, dan agar orang-orang tidak mengatakan, ’tidak ada lagi lelaki
sejati, kesatria yang berani mempertanggungjawabkan perbuatannya
dikalangan umat Muhammad saw’.”
Lalu Umar melangkah ke arah Abu
Dzar Al-Ghiffari dan berkata, ”Dan kau wahai Abu Dzar, bagaimana kau
bisa mantap menjamin pemuda ini, padahal kau tidak kenal dengan pemuda
ini?”
Abu Dzar menjawab, ”Aku lakukan itu agar orang-orang
tidak mengatakan bahwa, ’tidak ada lagi lelaki jantan yang bersedia
berkorban untuk Saudaranya seiman dalam umt Muhammad saw’.”
Mendengar itu semua, dua orang lelaki anak kakek yang terbunuh itu
berkata, ”Sekarang tiba giliran kami, wahai Amirul Mukminin, kami
bersaksi dihadapanmu bahwa pemuda ini telah kami maafkan, dan kami tidak
meminta apapun darinya! Tidak ada yang lebih utama dari memberi maaf di
kala mampu. Ini kami lakukan agar orang tidak mengatakan bahwa, ’tidak
ada lagi orang yang berjiwa besar, yang mau memaafkan saudaranya di
kalangan umat Muhammad saw’.”
(Dari buku ”Ketika cinta berbuah surga” – Habiburahman El-Shirazy)
Semoga kita dapat mengambil pengetahuan yang bermanfaat dan bernilai ibadah. .. AAMIIN ..
Wabillahi Taufik Wal Hidayah, ...
Salam Terkasih ..
Dari Sahabat Untuk Sahabat ...
... Semoga tulisan ini dapat membuka pintu hati kita yang telah lama terkunci ...
~ o ~
Salam santun dan keep istiqomah ...
--- Jika terjadi kesalahan dan kekurangan disana-sini dalam catatan ini
... Itu hanyalah dari kami ... dan kepada Allah SWT., kami mohon
ampunan ... ----
Semoga bermanfaat dan Dapat Diambil Hikmah-Nya ...
Silahkan DICOPAS atau DI SHARE jika menurut sahabat note ini bermanfaat ....
#BERSIHKAN HATI MENUJU RIDHA ILAHI#
------------------------------------------------
.... Subhanallah wabihamdihi Subhanakallahumma Wabihamdika Asyhadu Allailaaha Illa Anta Astaghfiruka Wa'atuubu Ilaik ....
Sumber : http://www.facebook.com/~"Mutiara Air Mata Muslimah"~
...•*´`*•.♥♥.•*´`'•.¸*¤* ¸.•'´´*•.♥♥.•*´`*•...