Dikenal sebagai ‘Bapak Modernisasi Turki’ dari perspektif Barat, dia sebenarnya adalah tokoh yang meng’sekuler’kan dan ‘membunuh’ syiar Islam di Turki. Siapa lagi jika bukan Mustafa Kemal Attatürk yang diberi gelar Al-Ghazi (orang yang memerangi). "Attatürk" berarti "Bapak Orang Turki". Attatürk adalah orang yang bertanggung jawab meruntuhkan Khilafah Islam Turki pada tahun 1924.
H.S. Armstrong, salah seorang pembantu Attatürk dalam bukunya yang berjudul Al-Zi’bu Al-Aghbar atau Al-Hayah Al-Khasah Li Taghiyyah telah menulis: "Sesungguhnya Attatürk adalah keturunan Yahudi, nenek moyangnya adalah Yahudi yang pindah dari Spanyol ke pelabuhan Salonika". Golongan Yahudi ini dinamakan dengan Yahudi "Daunamah" yang terdiri dari 600 keluarga. Mereka mengaku beragama Islam hanya sebagai identitas, tetapi masih menganut agama Yahudi secara diam-diam. Ini diakui sendiri oleh bekas Presiden Israel, Yitzak Zifi, dalam bukunya Daunamah terbitan tahun 1957.
Attatürk mengubah ucapan Assalamualaikum menjadi Marhaban
Bikum (Selamat Datang), melarang menggunakan busana Islam dan
sebaliknya mewajibkan memakai pakaian ala Barat. Dalam tempo beberapa
tahun saja, dia berhasil menghapuskan perayaan Hari Raya Idul Fitri dan
Hari Raya Idul Adha serta melarang kaum muslim menunaikan ibadah Haji,
melarang poligami dan melegalkan perkawinan wanita muslim dengan non
muslim. Dia membatalkan libur pada hari Jum'at, melarang adzan dalam
bahasa Arab dan menggantinya dengan bahasa Turki.
Tindakan
yang dilakukan oleh Attatürk ini nyata sekali telah memisahkan budaya
Turki dari akar agama Islam dan menghapuskan Islam sebagai agama resmi
negara Turki. Attatürk berusaha keras untuk menghancurkan para
penentangnya. Dia membakar majelis-majelis, menangkap para pimpinan
majelis dan juga mengawasi para ulama. Attatürk pernah menegaskan bahwa
“negara tidak akan maju kalau rakyatnya tidak cenderung kepada pakaian
modern”. Dia menggalakkan minum arak secara terbuka, mengubah Al-Quran
yang kemudian dicetak dalam bahasa Turki. Bahasa Turki sendiri diubah
dengan membuang unsur-unsur Arab dan Parsi.
Attatürk mengubah
Masjid Besar Aya Sofia menjadi gereja dan setengahnya untuk musium,
menutup masjid serta melarang shalat berjamaah, menghapuskan Kementerian
Wakaf dan membiarkan anak-anak yatim dan fakir miskin. Dia membatalkan
undang-undang waris, faraid secara Islam, menghapus penggunaan kalendar
Islam dan mengganti huruf Arab ke dalam huruf Latin.
Attatürk
mengganggap dirinya tuhan sama seperti firaun. Ketika itu ada seorang
prajurit ditanya “siapa tuhan dan di mana tuhan tinggal?” karena takut,
prajurit tersebut menjawab "Kemal Attatürk adalah tuhan”, dia tersenyum
dan bangga dengan jawaban yang diberikan. Saat-saat menjelang
kematiannya, Allah mendatangkan kepadanya beberapa penyakit yang
membuatnya tersiksa dan tak dapat menanggung azab yang Allah berikan di
dunia, diantaranya penyakit kulit dimana dia merasakan gatal di sekujur
tubuh. Dia juga menderita penyakit jantung dan darah tinggi.
Kemudian rasa panas sepanjang hari, tidak pernah merasa sejuk sehingga
pompa air dikerahkan untuk menyirami rumahnya selama 24 jam.
Attatürk juga menyuruh para pembantunya untuk meletakkan kantong-kantong
es di dalam selimut untuk membuatnya sejuk. Maha Suci Allah, walau
telah berusaha keras, tidak ada yang dapat mereka lakukan untuk mengusir
rasa panas itu. Oleh karena tidak tahan dengan panas yang dirasakan,
dia menjerit sangat keras hingga seluruh istana mendengarnya. Karena
tidak tahan mendengar jeritan, para pembantunya membawa Attatürk ke
tengah lautan dan diletakkan dalam kapal dengan harapan beliau akan
merasa sejuk. Maha Besar Allah, panasnya tak juga hilang!!
Pada 26 September 1938, dia pingsan selama 48 jam disebabkan panas yang
dirasakannya dan kemudian sadar tetapi dia hilang ingatan. Pada 9
November 1938, dia pingsan sekali lagi selama 36 jam dan akhirnya
meninggal dunia. Ketika itu tidak ada yang mau mengurus jenazahnya
sesuai syariat. Mayatnya diawetkan selama 9 hari 9 malam, sehingga adik
perempuannya datang meminta ulama-ulama Turki untuk memandikan,
mengkafankan dan menshalatkannya. Tidak cukup sampai disitu, Allah
tunjukkan lagi azab ketika mayatnya akan dimakamkan. Sewaktu mayatnya
hendak ditanam, tanah tidak menerimanya (tak dapat dibayangkan bagaimana
jika tanah tidak menerimanya). Karena tidak diterima tanah, mayatnya
diawetkan sekali lagi dan dimasukkan ke dalam musium yang diberi nama
EtnaGrafi selama 15 tahun hingga tahun 1953. Setelah 15 tahun mayatnya
hendak dikuburkan kembali, tapi Allah Maha Agung, bumi sekali lagi tak
menerimanya. Sampai akhirnya mayat Attaturk dibawa ke satu bukit dan
disimpan dalam celah-celah marmer seberat 44 ton. Lebih menyedihkan
lagi, ulama-ulama yang sezaman dengan Attatürk mengatakan bahwa
jangankan bumi Turki, seluruh bumi Allah ini tidak akan menerimanya.
Naudzubillah.
Sumber :Heny Fawziyyah